Kisah Soekarno Kecil Pernah Tak Naik Kelas di Sekolah ELS Mojokerto

Ada cerita menarik tentang Kusno, nama kecil Soekarno, saat bersekolah di Europesche Lagere School (ELS) di Kota Mojokerto.

Muhammad Taufiq
Selasa, 01 Juni 2021 | 21:52 WIB
Kisah Soekarno Kecil Pernah Tak Naik Kelas di Sekolah ELS Mojokerto
Bekas sekolah ELS di Mojokerto sekarang jadi SMPN 2 [Foto: Timesindonesia.co.id]

SuaraJatim.id - Ada cerita menarik tentang Kusno, nama kecil Soekarno, saat bersekolah di Europesche Lagere School (ELS) di Kota Mojokerto.

ELS ini merupakan satu-satunya sekolah dasar untuk bangsawan Belanda di Mojokerto. Bekas sekolah ELS ini sekarang menjadi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Kota Mojokerto.

Gedung SMPN 2 Kota Mojokerto ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Diceritakan Endang Pujiastutik, penulis buku "Tapak Tilas Sang Putra Fajar di Mojokerto dan Menguak Perjalanan Hidup".

Di sekolah itu dulu ternyata Kusno pernah tidak naik kelas tepatnya tahun 1911. "Di sana ada 7 kelas, ketika Soekarno pindah ke ELS itu Soekarno mau naik kelas 5," kata Endang, dikutip dari timesindonesia.co.id, jejaring media suara.com, Senin (01/05/2021).

Baca Juga:4 Presiden Indonesia Lahir di Bulan Juni, Tepat di Bulan Pancasila

Tinggal kelas ini bukan tanpa alasan. Soekarno memang sosok yang cerdas, pintar. Namun standar masuk ELS saat itu cakap berbahasa Belanda, Soekarno tidak bisa memenuhi itu.

"Tetapi pada saat Soekarno dimasukkan dan di tes, sebenarnya Soekarno anaknya cerdas. Pinter ya, namun bahasa Belanda-nya kurang. Sehingga Soekarno harus tinggal kelas (kelas 4 red)," terangnya.

Endang menjelaskan, Soekarno masuk kelas ongko loro (kelas dua) di Inlandsche School (Purwotengah) di tahun 1909. Di tahun 1911, masuk ELS kelas 4.

"Jadi pendidikan Soekarno 1909-1911 di Inlandsche School di tahun 1911-1915 itu di ELS (SMPN 2 Kota Mojokerto). Pada tahun 1916 itu sudah di HBS Surabaya," terang Endang.

Dalam literatur lain, Soekarno sempat protes ke ayahnya. "Terlalu tua untuk kelas lima. Tentu orang mengira saya tinggal kelas karena bodoh. Saya tentu diberi malu,” protes Sukarno kepada ayahnya.

Baca Juga:Trending Topik, Warganet Indonesia Ramai-ramai Rayakan Hari Pancasila

Akhirnya agar tidak dianggap tinggal kelas, usia Soekarno dikurangi 1 tahun. 06 Juni 1901 bukan 06 Juni 1902. Ayahnya kemudian menyewa guru Bahasa Belanda untuk Soekarno agar cepat belajar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini