Legenda Telaga Sarangan Magetan, Konon Akibat Ulah Sepasang Naga

Telaga Sarangan memiliki kisah yang melegenda. Konon, asal usul telaga berlokasi di kaki Gunung Lawu tersebut akibat ulah sepasang naga.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Minggu, 06 Juni 2021 | 05:30 WIB
Legenda Telaga Sarangan Magetan, Konon Akibat Ulah Sepasang Naga
Tempat Wisata Telaga Sarangan Magetan. [Suara.com/Arry]

SuaraJatim.id - Telaga Sarangan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur belakangan ini jadi sorotan publik, lantaran dua peristiwa viral.

Pertama, viral perempuan bercadar berjalan di tengah jalan diduga ditinggal sang kekasih saat berwisata ke Telaga Sarangan. Lalu belum lama ini, viral video baku hantam pengunjung dan penjual makanan diduga hanya perkara sate.

Terlepas dari dua peristiwa viral itu, Telaga Sarangan memiliki kisah yang melegenda. Konon, asal usul telaga berlokasi di kaki Gunung Lawu tersebut akibat ulah sepasang naga.

Telaga Sarangan sendiri memiliki luas 30 hektar dengan kedalaman sekitar 28 meter. Ada yang unik dari telaga ini, yakni pulau yang ada di tengah telaga dan dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Menurut penduduk setempat, di pulau itu bersemayam roh leluhur pencipta Telaga Sarangan, yaitu Kiai Pasir dan Nyai Pasir.

Baca Juga:Viral Video Pedagang Berantem Dengan Pembeli di Magetan Cuma Gara-gara Sate

Penduduk setempat sering menyebut Telaga Sarangan sebagai Telaga Pasir. Awal mula terbentuk telaga berasal dari cerita sepasang suami istri bernama Kiai dan Nyai Pasir.

Bertahun-tahun mereka hidup berdampingan, suami istri ini belum dikaruniai anak. Lalu Kiai dan Nyai Pasir bersemedi memohon kepada Sang Hyang Widhi (tuhan) agar dikaruniai anak.

Akhirnya mereka pun mendapat seorang anak lelaki yang diberi nama Joko Lelung. Mereka bercocok tanam dan berburu untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Karena pekerjaan yang dirasa berat maka Kiai dan Nyai Pasir bersemedi memohon kesehatan dan umur panjang kepada Sang Hyang Widhi. Dalam semedinya, pasangan suami istri tersebut mendapat wangsit bahwa keinginannya akan terwujud jika dapat menemukan dan memakan telur yang ada di dekat ladangnya.

Kemudian, pergilah Kiai Pasir ke hutan dengan maksud bertanam di ladangnya. Karena ladang yang akan ditanami banyak pohon-pohon besar, Ia menebang beberapa pohon besar satu demi satu hingga menemukan telur berwarna putih.

Baca Juga:Viral Video Perkelahian Pengunjung vs Pedagang Telaga Sarangan Magetan

Tidak berpikir panjang lagi, Kiai Pasir segera pulang membawa telur tersebut dan diberikan kepada sang istri.  Akhirnya suami istri itu sepakat untuk merebus telur tersebut. Telur kemudian dibagi dua. Setelah memakan telur tersebut, Kiai Pasir kembali pergi ke ladang. Dalam perjalanan itu badannya terasa panas dan gatal. Lantaran tak kuasa menahan gatal itu, Ia menggaruknya hingga menimbulkan luka lecet di seluruh tubuh.

Kiai Pasir kemudian berubah menjadi ular naga yang sangat besar. Hal yang sama juga terjadi dengan Nyai Pasir. Keduanya lalu berubah menjadi ular naga yang sangat besar dan berguling-guling di pasir hingga menimbulkan cekungan yang semakin lama semakin besar dan dalam. Dari dalam cekungan keluar air yang sangat deras dan menggenangi cekungan tadi.

Menyadari kemampuan yang dimilikinya, Kiai Pasir dan Nyai Pasir berniat untuk membuat cekungan sebanyak-banyaknya untuk menenggelamkan Gunung Lawu.

Mengetahui kedua orang tuanya berubah menjadi naga besar dan memiliki niat buruk, maka Joko Lelung bersemedi agar niat tersebut dapat diurungkan. Semedi Joko Lelung pun diterima oleh Hyang Widhi. Saat kedua orangtuanya sedang berguling-guling membuat cekungan baru, timbul wahyu kesadaran agar Kiai dan Nyai pasir mengurungkan niat menenggelamkan Gunung Lawu.

Begitulah asal mula Telaga Pasir atau Telaga Sarangan yang sampai kini masih diyakini oleh penduduk setempat. Bahkan, setiap satu tahun sekali, tepatnya pada hari Jumat Pon bulan Ruwah (bulan puasa) selalu diadakan upacara bersih desa dan larung tumpeng atau larung sesaji. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat desa. Dalam upacara ritual ini, warga melarung persembahan atau sesaji ke tengah telaga.

Selain itu, upacara ini juga bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada roh leluhur yang merupakan cikal bakal Desa Sarangan yaitu Kyai Pasir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini