Kapan Batas Waktu Sholat Isya, Benarkan Bisa Dilakukan Sebelum Subuh?

Selama ini dikatakan para ulama batas waktu sholat Isya bisa sampai sebelum subuh atau dini hari. Benarkah?

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 27 Oktober 2021 | 11:39 WIB
Kapan Batas Waktu Sholat Isya, Benarkan Bisa Dilakukan Sebelum Subuh?
Ilustrasi salat, sholat, shalat, wanita muslim (elemen envato)

SuaraJatim.id - Kapan batas waktu Sholat Isya? Selama ini dikatakan para ulama batas waktu sholat Isya bisa sampai sebelum subuh atau dini hari. Benarkah?

Ustadz Ammi Nur Baits dari Dewan Pembina Konsultasisyariah.com menuliskan 3 pendapat. Pertama, jika waktu akhir sholat Isya adalah selama belum masuk waktu subuh. Selama dikerjakan sebelum subuh, sholat Isya sah dan tidak dikatakan berdosa.

Selain itu waktu sholat Isya sampai sepertiga atau pertengahan malam. Meskipun jika dikerjakan sebelum subuh, sholat sah tapi makruh. Ini merupakan pendapat Malikiyah.

Ketiga, bagi mereka yang berada dalam kondisi normal, bisa melaksanakan sholat Isya selama waktu ikhtiyari. Dan tidak boleh mengerjakannya di waktu dharuri atau waktu jawaz, kecuali jika ada udzur. Ini merupakan pendapat Syafi’iyah dan Hambali.

Baca Juga:Sekelompok Orang Bersenjata Serang Masjid saat Salat Subuh, 18 Jemaah Tewas

Berikut penjelasan lengkapnya dalam Konsultasi Syariah:

ilustrasi sholat, ilustrasi salat, ilustrasi shalat, sholat dhuha (elemen envato)
ilustrasi sholat, ilustrasi salat, ilustrasi shalat, sholat dhuha (elemen envato)

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat perintah shalat 5 waktu pada peristiwa isra’ mi’raj, selanjutnya Jibril datang mengajarkan kepada beliau shalat 5 waktu itu. Jibril datang 2 kali. Kedatangan pertama ketika di awal waktu shalat, dan kedatangan kedua di akhir waktu shalat.

Hadisnya cukup panjang. Kita simak bagian yang menyebutkan shalat isya,

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau bercerita,

Baca Juga:Bacaan Doa Qunut Latin Lengkap dengan Maknanya

Kemudian ketika warna merah di ufuk barat telah hilang, Jibril datang, lalu mengatakan, ‘Kerjakanlah shalat isya’.’ Kemudian beliau mengerjakan shalat isya’. Lalu Jibril datang lagi fajar sudah mulai terbit di waktu subuh….

Di hari berikutnya, Jibril datang kepada beliau untuk shalat isya, ketika sudah berlalu sepertiga malam pertama. Beliau mengatakan, ‘Kerjakanlah shalat isya’.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat. Kemudian datang lagi untuk shalat subuh ketika langit sudah sangat menguning. Beliau mengatakan, ‘Lakukanlah shalat subuh.’ Kemudian beliau mengatakan, “Di antara dua batas ini adalah waktu shalat.” (HR. ad-Daruquthni 1019, Nasai 531, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita,

Jibril – alaihis salam – mengimamiku shalat di ka’bah dua kali… kemudian beliau shalat isya, ketika telah berlalu 1/3 malam, kemudian shalat subuh… kemudian Jibril mendekatiku, lalu mengatakan, ‘Wahai Muhammad, inilah waktu shalat para nabi sebelum-mu. Waktu shalat adalah diantara dua rentang waktu tersebut.’ (HR. Turmudzi 149 dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani).

Kemudian, dalam hadis lain dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Apabila kalian telah shalat maghrib, maka itu waktunya, sampai hilang warna merah di ufuk barat. Lalu setelah kalian shalat isya, itulah waktunya, sampai pertengahan malam. (HR. Muslim 1416).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menjelaskan batasan waktu shalat secara praktek. Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya sampai pertengahan malam, kemudian beliau shalat… (HR. Bukhari 572)

Beliau menyebut orang yang menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang menunda shalat sampai datang waktu shalat berikutnya. Beliau bersabda,

Yang dimaksud menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang tidak shalat sampai datang waktu shalat berikutnnya… (HR. Muslim 1594 dan Ibnu Hibban 1460).

Kontributor : Titi Sabanada

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini