Malang Nian, Warga Kampung Miliarder Tuban Sekarang Menganggur, Makan Saja Susah

Kondisi sejumlah warga di kampung miliarder Tuban sekarang berubah total. Sejumlah orang di Desa Wadung dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu menganggur tidak punya pekerjaan.

Muhammad Taufiq
Selasa, 25 Januari 2022 | 16:31 WIB
Malang Nian, Warga Kampung Miliarder Tuban Sekarang Menganggur, Makan Saja Susah
Warga kampung miliarder Tuban [Foto: BlokTuban]

SuaraJatim.id - Kondisi sejumlah warga di kampung miliarder Tuban sekarang berubah total. Sejumlah orang di Desa Wadung dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu menganggur tidak punya pekerjaan.

Padahal, warga kampung tersebut sempat viral lantaran mayoritas warganya mendadak kaya raya setelah menerima rejeki nomplok pembayaran pembebasan lahan dari PT Pertamina.

Selepas mendapat ganti untung kilang minyak dari Pertamina, setiap rumah miliarder nampak ada dua hingga tiga mobil yang baru dibeli. Namun kini kehidupan mereka menyedihkan. Bahkan ada yang susah makan sebab tak punya pekerjaan.

Misalnya dialami Musanam (60), warga Desa Wadung. Dikutip dari bloktuban.com, jejaring media suara.com, Senin (24/1/2022) pagi. Dirinya tak menyangka di usia senjanya sulit untuk sekedar mencukupi kebutuhan keluarganya.

Baca Juga:Dulu Kaya Raya, Sekarang Sebagian Warga Kampung Miliarder Tuban Mengeluh Susah Cari Makan

Sebelum ada kilang minyak, ia hidup bahagia di rumahnya bersama istri, dua anak, dan satu cucu di atas lahan seluas 117 meter persegi.

Setelah dibujuk rayu oleh petugas pembebasan lahan kilang berkali-kali, kakek berkulit cokelat itu akhirnya mau melepas tanah dan rumahnya dengan ganti untung sebesar Rp 500 juta.

"Saya mau melepas tanah dan rumah untuk kilang karena dijanjikan dipekerjakan sebagai pembersih rumput di area kilang minyak. Pekerjaan itu masih mampu saya kerjakan meskipun sekarang usia sudah 60 tahun," ujar Musanam mengawali cerita.

Tawaran pekerjaan 'omong kosong'

Tawaran pekerjaan yang dinantikannya, tak kunjung datang. Uang ganti untung Rp 500 juta kemudian dibelikan rumah dan lahan di kampung baru di wilayah Desa Wadung.

Baca Juga:Jadi Tulang Punggung Perekonomian, Pertamina Pastikan Pasokan BBM ke DIY Aman

Keputusan menjual tanah dan relokasi mandiri disesalinya, karena sekarang menjadi pengangguran. Bahkan sekadar untuk makan sehari-hari Ia kesulitan.

Ia sesekali mengandalkan pendapatan dari anak menantu yang masih tinggal se rumah. Enam ekor sapi yang dimilikinya sekarang tinggal tiga ekor, karena terus menerus dijual untuk makan.

Harapan anak menantunya dipekerjakan di Kilang Minyak juga sebatas mimpi. Ia memutuskan bergabung dengan paguyuban pemuda enam desa demo di Kilang GRR Tuban untuk menagih janji Pertamina dipekerjakan di penyiapan lahan tahap 4 di tahun 2022.

"Harapan saya tinggal ini. Setiap hari saya terus diomeli istri karena menganggur. Sapi terus menerus berkurang untuk makan sehari-hari," ujarnya.

Serupa dengan Musanam. Mugi (60), eks miliarder. Perempuan itu kini mengaku tidak memiliki pekerjaan setelah lahannya dijual ke Peramina.

Waktu itu, lahannya seluas 2,4 hektare dijualnya dengan harga mencapai Rp 2,5 miliar. Uang tersebut buat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung.

Namun pelan-pelan uangnya berkurang, sementara Ia tidak memiliki penghasilan lagi. Ia pun mengaku menyesal menjual lahannya tersebut.

"Sekarang ada perasaan menyesal karena sudah menjual lahan," katanya menceritakan.

"Dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai dan setiap kali panen bisa meraup Rp 40 juta tapi sekarang saya tak punya pendapatan lagi," katanya menambahkan.

Ia mengatakan kalau awalnya tak berniat menjual lahannya untuk Kilang Minyak. Seiring bujuk rayunya petugas seilih berganti akhirnya mengubah pikirannya untuk melepas tanahnya.

"Petugas sering datang ke kebun. Mengiming-imingi pekerjaan untuk anak-anak tapi hanya bohong sekarang," katanya.

Sebelumnya, warga di kampung miliarder sempat berunjuk rasa ke Pertamina. Mereka menuntut pekerjaan kepada perusahaan pelat merah tersebut sesuai dengan yang dijanjikan.

Sementara itu perwakilan Pertamina, Solihin meminta waktu dua pekan untuk menyesaikan masalah rekrutmen security. "Hari ini belum ada keputusan karena harus dikoordinasikan dulu dengan pimpinan pusat," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini