Pihaknya memberikan pemahaman kepada para pedagang kambing terkait hal tersebut. Karena, tegas Nurul, memang yang terinfeksi virus PMK di Kabupaten Mojokerto adalah sapi. Namun virus tersebut menyerang kelompok ruminansia. Yakni hewan yang berkuku belah.
"Tapi kan ini jenis hewan ruminansia, itu kan tidak hanya sapi tetapi juga kambing, domba, kerbau, kuda dan juga babi. Kita tidak menginginkan kambing juga terserang. Pemerintah mengantisipasi karena virus bisa menyerang siapa saja (ruminansia) karena sakit dan penyerangannya di satu tempat," urainya.
Meskipun, lanjut Nurul, virus tersebut menyerang pada hewan bukan manusia. Sehingga pihaknya mensterilkan pasar hewan di Kabupaten Mojokerto dengan melakukan penutupan enam pasar hewan. Aturan dari pemerintah yakni 14 hari x 2.
"Karena masanya virus itu 14 hari. Kita evaluasi, kalau penyebarannya itu bisa dikendalikan maka akan dibuka lagi. Tapi saya paham teman-teman peternak, sehingga kita koordinasi dengan pimpinan. Kok ini tadi pas Pahing sehingga banyak pedagang sudah di sini," ujarnya.
Baca Juga:Deretan Daerah Ini Laporkan Kasus Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan, Mana Saja?
Nurul menambahkan, sehingga para pedagang dialihkan ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di sisi utara Pasar Hewan Ngrame sembari memberikan pemahaman kepada para pedagang. Jika virus sudah mereda maka enam pasar di Kabupaten Mojokerto yang ditutup akan kembali dibuka.
Data Disperta Kabupaten Mojokerto menyebutkan, per tanggal 11 Mei 2022 ada sebanyak 622 ekor sapi yang terinfeksi virus PMK.
Sementara jumlah sapi yang mati karena penyakit yang disebabkan oleh Virus Foot Mouth Disease (FMDV) ada 10 ekor. Sedangkan jumlah sapi potong di Kabupaten Mojokerto saat ini ada sebanyak 51.300 sapi.