SuaraJatim.id - Agenda halalbihalal warga di Benowo gang II, Surabaya batal digelar, Selasa (17/5/2022). Ini akibat peristiwa kecelakaan maut bus PO Ardiansyah di Tol Surabaya-Mojokerto.
Sebanyak 11 warga Benowo gang II jadi korban kecelakaan pada Senin (16/5/2022) kemarin. Kemudian, tiga korban diantaranya meninggal dunia. Duka mendalam menyelimuti lingkungan setempat.
Ketua RT setempat, Abdul Mu'id menuturkan sempat menghubungi Ainur Rofiq, korban meninggal kecelakaan bus tersebut, sebelum berangkat berwisata ke Dieng, Jawa Tengah.
"Sabtu paginya sempat sama saya ngobrol soal materi acara Halalbihalal warga yang rencananya digelar Selasa malam ini. Tahu ada kejadian seperti ini otomatis batal," ujar dia, Kamis.
Baca Juga:Terungkap! Sopir Bus Maut PO Ardiansyah Tak Mengantongi SIM
Ia menambahkan, agenda wisata tersebut bukan agenda rutin dari warga Benowo gang II. Namun memang agenda spontanitas.
"Ke Dieng itu memang berangkat karena kepingin wisata, bukan agenda tahunan atau gimana. Yang mengadakan ya warga sendiri secara spontanitas, jadi siapa yang kepingin ikut ya monggo," terangnya.
Akibat sejumlah belasan warga Benowo gang II jadi korban kecelakaan, membuat lingkungan setempat lebih sepi dari biasanya.
Pada malam ini, hanya tampak warga melakukan tahlil dan yasinan di beberapa rumah duka gang 2 serta gang 3, dan suasana duka juga masih terasa di dua kampung ini.
Sementara itu, pemilik Warkop 84 Benowo, Yatonah, yang biasa ditempati warga setempat nongkrong, juga menjelaskan jika para korban adalah orang-orang baik. Bahkan, sebagian besar korban tewas dikenalnya baik dan kerap berbincang dengannya.
Baca Juga:Hasil Tes Urine Sementara Sopir Bus PO Ardiansyah Positif Sabu
"Sing seda iku wong e ayu-ayu, ganteng-ganteng, apik-apik tok, kenal sedanten, sadean sekul ten ngajeng pasar niku (Yang meninggal dunia itu orangnya cantik-cantik, ganteng-ganteng, baik-baik semua, kenal semua, jualan nasi di depan pasar situ)," kata Yatonah.
Saat mengetahui tragedi tersebut, Yatonah terkejut. Sebab, mayoritas korban meninggal dunia, kerap berkunjung ke warungnya, yang berlokasi di Jalan Benowo Krajan Surabaya. Hampir setiap hari, ia dan para korban bersenda gurau dan berbincang santai di warung sembari memesan minuman, camilan, hingga bakso yang dijajakan.
"Sakmeniko nggih sepen, biasane nggih mriki, sakmeniko namung dulur-dulure, (Sekarang ya sepi, biasanya ke sini, sekarang cuma ada saudara-saudaranya saja)," ujarnya.
Meski begitu, ia mengaku tak mengetahui ihwal kegiatan itu. Terlebih, keberangkatan para korban.
"Tindake mboten semerap, trus semerap enjing e wonten kecelakaan trus rame ten kampung mriki (Berangkatnya tidak tahu kapan, tahunya ya paginya sudah kecelakaan lalu ramai di kampung sini)," tuturnya.
Disini Yatonah mengaku, dirinya mengetahui jika warga Benowo memang kerap pelesir. Namun, secara bergiliran antar kampung.
"Biasane, sak derenge pandemi nggih rekreasi Wali 9, paling nggih prei trus ngelencer niku kolowingi (Biasanya, sebelum pandemi COVID-19 ya rekreasi Wali 9, paling ya libur terus rekreasi Wali 9, paling ya libur terus pelesir itu waktu lalu)," ungkapnya.
Ia membenarkan, lanjut Yatonah, bila kegiatan serupa kerap dikoordinir oleh salah satu korban, yakni Andik. Semasa hidup, Yatonah mengatakan bila Andik dan warga sekitar selalu rekreasi bersama saat libur tiba.
"Andik niku ingkang gadah rombongan, biasane nggih kalih mas Andik, niku (Andik) koordinator e biasane, (Andik itu yang mengkoordinir rombongan)," ujarnya.
Saat kejadian, Yatonah mengamini bila sebagian korban tewas dan mayoritas penumpang berasal dari warga Benowo Gang 2 dan 3 Surabaya. Seluruhnya, merupakan pedagang kuliner dan pakaian di Pasar Benowo, Surabaya.
"Biasane nggih sadean ten peken sedanten, sadean bakso, pentol, es, kaleh garwone sadean klambi (Biasanya ya jualan di pasar semua, jual bakso, cilok, es, sama istrinya jualan pakaian)," pungkasnya.
Kontributor : Dimas Angga Perkasa