Negara Harus Bertanggung Jawab Dalam Tragedi Kanjuruhan Malang

Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan suporter Aremania hingga mencapai 130 orang versi keplisian dan 153 orang versi pegiat Hak Asasi Manusia (HAM).

Muhammad Taufiq
Minggu, 02 Oktober 2022 | 15:49 WIB
Negara Harus Bertanggung Jawab Dalam Tragedi Kanjuruhan Malang
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

SuaraJatim.id - Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan suporter Aremania hingga mencapai 130 orang versi keplisian dan 153 orang versi pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), dinilai sebagai tanggung jawab negara.

Pegiat hukum terdiri dari YLBHI, LBH Surabaya dan Malang mendesak negara harus bertanggung jawab dalam tragedi berdarah usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut, Sabtu (01/10/2022).

"Kami menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi setelah selesainya laga pertandingan sepakbola Arema vs Persebaya," demikian bunyi rilisnya.

"Kami mendapat laporan bahwa sampai dengan Pukul 07.30 WIB, telah ada 153 korban jiwa dari kejadian ini," demikian LBH menambahkan.

Baca Juga:Menko PMK: Korban Tragedi Kanjuruhan Jadi 130 Orang, 19 Jenazah Belum Teridentifikasi

Untuk detail pernyataan sikap YLBHI, LBH Surabaya dan Malang seperti ini:

Sejak awal panitia mengkhawatirkan akan pertandingan ini dan meminta kepada Liga (LIB) agar pertandingan dapat diselenggarakan sore hari untuk meminimalisir resiko. Tetapi sayangnya pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari.

Pertandingan berjalan lancar hingga selesai, hingga kemudian kerusuhan terjadi setelah pertandingan dimana terdapat supporter memasuki lapangan dan kemudian ditindak oleh aparat.

Dalam video yang beredar, kami melihat terdapat kekerasan yang dilakukan aparat dengan memukul dan menendang suporter yang ada di lapangan. Ketika situasi suporter makin banyak ke lapangan, justru kemudian aparat melakukan penembakan gas air mata ke tribun yang masih banyak dipenuhi penonton.

Kami menduga bahwa penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use force) melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian masa yang tidak sesuai prosedur menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan.

Baca Juga:Kemenangan Persebaya Tak Berarti Dibandingkan Hilangnya Ratusan Nyawa, Bonek: Kami Prihatin, Semoga Ini yang Terakhir!

Penggunaan Gas Air mata yang tidak sesuai dengan Prosedur pengendalian massa mengakibatkan suporter di tribun berdesak-desakan mencari pintu keluar, sesak nafas, pingsan dan saling bertabrakan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini