Pemkot Surabaya Satu-satunya di Indonesia Raih Peringkat A Indeks Reformasi Birokrasi

Pemerintah Kota Surabaya mendapat peringkat A (sangat baik) dari KemenpanRB untuk penilaian Indeks Reformasi Birokrasi.

Muhammad Taufiq
Selasa, 06 Desember 2022 | 15:46 WIB
Pemkot Surabaya Satu-satunya di Indonesia Raih Peringkat A Indeks Reformasi Birokrasi
MenpanRB menyerahkan penghargaan kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi [Foto: Humas Pemkot]

SuaraJatim.id - Pemerintah Kota Surabaya mendapat peringkat A (sangat baik) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatus Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB) untuk penilaian Indeks Reformasi Birokrasi. Ini menjadi sejarah baru. Surabaya satu-satunya kota di Indonesia yang mendapat capaian peringkat itu.

Kinerja tersebut disampaikan di sela-sela pengarahan Wakil Presiden RI KH Maruf Amin terkait reformasi birokrasi tematik pada Senin (5/12/2022), dan secara resmi diserahkan hasil penilaiannya pada acara Penganugerahan Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi 2022 yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Selasa (6/12/2022).

"Capaian ini tentu menjadi tanggung jawab bagi kita semua, bahwa kerja-kerja reformasi birokrasi yang berdampak bagi warga tidak boleh terputus. Capaian ini harus membuat kita terpacu bekerja lebih keras lagi, bukan malah berpuas diri," ujar Eri Cahyadi.

Indeks Reformasi Birokrasi sendiri adalah skor pengukuran capaian reformasi birokrasi dengan sekitar 132 komponen, mulai dari manajemen perubahan di lingkungan organisasi, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, peningkatan kualitas pelayanan publik, hingga nilai persepsi korupsi yang melibatkan survei eksternal.

Baca Juga:Bahaya! Disalip PSIS Semarang, Pelatih Persebaya Aji Santoso Malah Buta Kekuatan Barito Putera Karena Ini

Eri Cahyadi mengatakan, reformasi birokrasi adalah instrumen hulu untuk menyelesaikan berbagai problem masyarakat. Di Surabaya, lanjut Eri, reformasi birokrasi dimaknai bukan sekadar persoalan administrasi belaka, tetapi harus membawa dampak pada kesejahteraan dan kepuasan masyarakat.

"Sesuai arahan Presiden Jokowi, setiap kerja birokrasi harus berdampak. Nggak boleh pemkot itu seolah sibuk sendiri tapi nggak ada dampaknya di masyarakat. Maka sekarang di seluruh jajaran Pemkot Surabaya kita ukur semua programnya dengan target yang jelas. Stunting, kemiskinan, pengangguran, bahkan sampai SOP antrean rumah sakit kita bikin target jelas," papar Eri Cahyadi.

Eri lantas mencontohkan sejumlah program kerja kerakyatan yang lahir dari reformasi birokrasi. Di antaranya "Rumah Padat Karya" yang memanfaatkan aset "menganggur" Pemkot Surabaya untuk digunakan sebagai rumah usaha bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dalam bentuk kafe, barbershop, laundry, tempat cuci motor-mobil, lahan pertanian-perikanan perkotaan, destinasi wisatac, pusat produksi kue, dan sebagainya. Program itu telah menyerap ribuan tenaga kerja dari kalangan MBR.

"Dengan reformasi birokrasi, yang kemudian melahirkan program inovasi seperti Rumah Padat Karya, Surabaya berhasil menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara signifikan sebanyak 2,06 persen dari 9,68 persen pada Agustus 2022 menjadi 7,62 persen per Agustus 2022," kata Eri.

"Persentase penduduk miskin juga berhasil kita turunkan menjadi 4,72 persen. Ini semua akan terus kita tangani melalui kerja birokrasi yang berdampak," kata Eri Cahyadi menambahkan.

Baca Juga:Ketua PKB Surabaya terjebak lift selama 2,5 jam

Dalam kesempatan tersebut, Pemkot Surabaya juga sukses menaikkan peringkat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dari peringkat BB (Baik) menjadi A (Sangat Baik). Ini merupakan pertama kalinya Pemkot Surabaya meraih predikat A untuk SAKIP, yang dinilai dari sekitar 120 indikator yang menghitung akuntabilitas kinerja birokrasi secara rigid dan terukur.

"Untuk akuntabilitas kinerja, kita memang lakukan beberapa pembenahan secara terus menerus. Bagaimana pohon kinerja atau Cascading kita bikin rinci mendetailkan kinerja dan indikator kinerja. Siapa mengerjakan apa di birokrasi menjadi jelas. Jadi tidak tumpang tindih, tetapi kolaboratif agar dampak program di masyarakat lebih terasa," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini