SuaraJatim.id - Puasa Senin dianjurkan dalam Islam. Nabi Muhammad SAW menjalankan puasa sunah tersebut.
Tata cara puasa sunah di Hari Senin tidak berbeda pada umumnya, yakni mulai dari terbit sampai tenggelamnya matahari. Selama waktu tersebut dilarang untuk melakukan hal-hal yang bisa membatalkan.
Namun, perlu diingat puasa Senin dikecualikan di hari-hari yang diharamkan untuk menjalankan berpuasa.
Mengutip dari NU Online ada beberapa hari yang diharamkan berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), separuh terakhir dari bulan Sya’ban, dan hari yang diragukan (30 Sya’ban).
Baca Juga:Niat Puasa Senin Kamis, Menyambut Berkah Penuh Makna
Karena puasa Senin termasuk sunah, untuk yang lupa di malam harinya boleh pada pagi sampai sebelum tergelincirnya matahari. Asalkan, belum berbuat yang membatalkan puasa.
Berikut ini niat pendek puasa Senin:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta‘âlâ."
Baca Juga:Niat Puasa Senin Kamis dan Doa Berbuka Bacaan Arab, Latin dan Artinya
Niat panjang puasa Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah hari Senin ini karena Allah ta’ala.”
Sejarah Puasa Senin
Imam Muslim dalam sebuah hadis menjelaskan mengenai puasa Senin yang dijalankan Rasulullah.
Disebutkan dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW senantiasa menjaga puasa Senin karena di hari tersebut merupakan hari kelahiran dan wafatnya. Selain itu, wahyu pertama kali diturunkan di hari tersebut.
“Nabi ditanya soal puasa pada hari Senin, beliau menjawab, ‘Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku” (HR Muslim: 1162).