Allah melanjutkan: “wa naktubu m qaddam wa thrahum " yang artinya dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan."
Frasa ini menunjukkan bahwa bukan hanya amal perbuatan langsung yang akan dicatat, tapi juga dampak atau pengaruh dari amal tersebut.
Imam al-Qurthubi menyebutkan bahwa amal yang dimaksud adalah seluruh perbuatan baik dan buruk yang dilakukan selama hidup. Sementara "thr" (jejak) mencakup hal-hal seperti:
- Jejak kebaikan yang terus mengalir seperti sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan.
- Jejak keburukan seperti kebiasaan buruk yang diwariskan atau pengaruh dosa kepada orang lain.
Dalam tafsir Kementerian Agama RI, disebutkan bahwa ini adalah bentuk keadilan Allah SWT di mana pahala dan dosa seseorang juga bisa berasal dari hal-hal yang dilakukannya secara tidak langsung.
Baca Juga:Doa Memilih Pemimpin yang Baik, Dianjurkan Diamalkan di Malam Jumat
3. Semuanya Tercatat dalam Kitab yang Nyata
Penutup ayat menyatakan: “wa kulla syai’in aainhu f immin mubn " yang artinya dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)."
Ayat ini menyiratkan bahwa catatan amal tidak hanya disimpan di catatan amal pribadi, tetapi juga tercatat dalam Lauh Mahfuz, kitab yang berisi takdir dan ketetapan Allah atas semesta.
Imam Fakhruddin al-Razi menjelaskan bahwa ini menunjukkan sifat Allah sebagai Dzat yang tidak pernah lalai atau lupa, dan bahwa pengadilan Allah di akhirat akan sangat rinci dan menyeluruh.
4. Relevansi Bagi Kehidupan Masa Kini
Baca Juga:Baca Surat Al Mulk, Al Kahfi dan Yasin, Insya Allah Diberikan Pahala Berlimpah dan Kemudahan Rezeki
Ayat ini menjadi pengingat yang kuat bagi setiap Muslim untuk tidak meremehkan sekecil apa pun amal. Dunia digital saat ini memperluas makna “jejak” dari tulisan, unggahan, komentar, hingga pengaruh sosial media. Semuanya bisa menjadi bagian dari "thr" yang dicatat oleh Allah.