SuaraJatim.id - Pendaki asal Jember bernama Fahrul Hidayatullah (18) yang jatuh ke jurang sedalam 150 meter di kawasan Gunung Saeng, kabupaten Bondowoso akhirnya berhasil dievakuasi.
Korban berhasil dibawa ke posko pendakian pada Minggu, 4 Mei 2025.
“Proses evakuasi jenazah korban berlangsung cukup dramatis dan memakan waktu tiga hari karena kondisi tebing jurang yang berbatu dan cukup ektrim,” ujar Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit P.H. dalam siaran pers yang diterima SuaraJatim.
Jenazah korban dievakuasi dari bawah jurang sekitar pukul 12.00 WIB. Selanjutnya, proses evakuasi jenazah korban ke posko SAR gabungan secara estafet.
Baca Juga:Evakuasi Pendaki Jember yang Hilang di Gunung Saeng Berjalan Alot: 2 Anggota Tim SAR Terluka
Korban kemudian dibawa ke Puskemas Pembantu Sumberwaru, sebelum akhirnya dibawa ke
Rumah Sakit Bhayangara Bondowoso untuk ditangani lebih lanjut oleh petugas.
Koordinator Pos SAR Jember, Andi Irawan yang juga selaku Koordinator tim SAR gabungan mengatakan, cidera yang dialami 2 orang personel tersebut karena jalur evakuasi dan kondisi cuaca yang ekstrim, yaitu hujan dan berkabut tebal.
Saat ditemukan, korban berada di koordinat 7° 56' 07.111" S 113° 43' 36.919" E atau berjarak sekitar 54 meter dari lokasi awal kejadian terjatuhnya korban. Lokasi ini berhasil diketahui setelah personel Pos SAR Jember melakukan pencarian udara dengan menggunakan drone dan kemudian dilakukan pengecekan secara langsung oleh tim darat.
Korban dilaporkan hilang saat turun dari Gunung Saeng. Sebelumnya, survivor bersama empat temannya melakukan pendakian melalui jalur Desa sumberwaru, Kecamatan Binakal pada Kamis, 1 Mei 2025 sekitar pukul 07.28 WIB.
Jasadnya baru ditemukan pada Sabtu 3 Mei 2025. Namun, baru berhasil dievakuasi pada keesokan harinya. Sulitnya medan membuat pengangkatan korban dari jurang baru bisa dilakukan Hari Minggu.
Baca Juga:Viral di Media Sosial, Pendaki Jember Dikabarkan Hilang di Gunung Saeng
Petugas SAR gabungan dilaporkan mengalami cedera saat melakukan evakuasi karena harus dihadapkan dengan medan yang berbatu.
Sayang, Pproses evakuasi korban sempat diwarnai arogansi oleh oknum anggota Polres Bondowoso. Berdasarkan laporan sejumlah rekan jurnalis, diduga ada sejumlah oknum polisi yang melarang wartawan dan anggota Basarnas Jember, untuk mengambil dokumentasi terkait proses evakuasi.
"Saya saat menunggu di sekitaran hutan dekat Ponkesdes Binakal. Bermaksud mengambil foto dokumentasi berita terkait proses evakuasi. Tiba-tiba, wartawan dilarang mengambil gambar dan video sembari mengangkat tongkat. Dengan nada mengancam," kata Ichuk S Widarsa salah satu jurnalis dilansir dari Ketik.co.id --- partner Suara.com.
"Tadi saya juga melihat orang (petugas) Basarnas, sempat didorong oleh oknum Polisi tersebut sampai jatuh," imbuhnya.
Pengakuan yang sama disampaikan jurnalis lainnya Ilham Wahyudi. Dia juga dilarang mengambil foto dokumentasi.
"Padahal posisi teman-teman wartawan semuanya tidak di tengah jalur evakuasi. Namun di pinggir kanan-kiri jalan dengan jarak sekitar 5 meter dari jalur evakuasi. Saya tadi sudah stand by bersama teman wartawan Antara, Memo, Suara Jatim Pos, dan teman TV lainnya. Terus dibentak-bentak, tak boleh ambil gambar," katanya.
- 1
- 2