Jasad Siswa SMK Mojokerto Ditemukan di Sungai Brantas, Keluarga Sebut Ada Kejanggalan

Seorang pelajar SMK asal Mojokerto ditemukan tewas mengambang di Sungai Brantas, wilayah Desa Bulang, Kecamatan Prambon, Sidoarjo.

Baehaqi Almutoif
Sabtu, 10 Mei 2025 | 17:47 WIB
Jasad Siswa SMK Mojokerto Ditemukan di Sungai Brantas, Keluarga Sebut Ada Kejanggalan
Keluarga korban saat menunjukkan berkas hasil laporan ke Polres Mojokerto.[SuaraJatim/Zen Arivin]

SuaraJatim.id - Seorang pelajar SMK asal Mojokerto ditemukan tewas mengambang di Sungai Brantas, wilayah Desa Bulang, Kecamatan Prambon, Sidoarjo. Meski pihak berwenang menyebut tak ada tanda kekerasan, keluarga korban menyatakan ada hal yang tak wajar dalam kematian remaja tersebut.

Korban berinisial MA (18) ditemukan warga pada Senin, 5 Mei 2025 lalu. Tubuhnya mengapung di sekitar pondasi bendungan Sungai Brantas sisi utara. Saat ditemukan korban masih mengenakan seragam salah satu sekolah SMK yang terletak di wilayah Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.

Awalnya, penemuan jasad tersebut sempat dikira berada di wilayah Mojokerto, tepatnya Desa Kedungmungal, Kecamatan Pungging. Lantaran lokasi penemuan berseberangan langsung dengan desa tersebut.

“Sekitar jam 4 sore warga saya bilang ada mayat. Saya merapat. Ternyata mayat di sisi utara ikut wilayah Bulang,” ujar Sukarto, Kepala Desa Kedungmungal, saat ditemui wartawan, Sabtu (10/5).

Baca Juga:Lagi Hamil, Pelaku Penipuan Modus Arisan Online Mojokerto Diamankan Polisi

Sebelum jasad ditemukan, sejumlah barang milik MA sempat ditemukan lebih dulu oleh warga, berupa tas dan sepatu yang tergeletak di tepi sungai. Penemuan ini menjadi titik awal kecurigaan Sukarto.

“Katanya (tas dan sepatu) ditemukan di pinggir sungai. Pada waktu cerita ke saya hari Senin jam 1 siang. Sorenya baru ditemukan mayat itu. Tapi, tas dan sepatu itu ditemukan hari Sabtu (3 Mei 2025),” ucap Sukarto.

Tim dari Polsek Prambon dibantu relawan segera mengevakuasi jenazah dan membawanya ke RS Pusdik Bhayangkara Porong. Pihak keluarga memastikan identitas korban sebagai MA, warga Desa Kaligoro, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto.

MA diketahui merupakan anak keempat dari pasangan Sandono (65) dan Jamik (52). MA terakhir kali terlihat pada Sabtu, 3 Mei 2025, saat dijemput temannya dari sekolah.

“Pada hari itu, anak saya dijemput oleh temannya dengan 2 sepeda motor di sekolah. Namun, hingga jam 2 siang, anak saya belum juga pulang. Saya mencoba untuk menelpon, tapi tidak bisa dihubungi hingga habis Maghrib,” tutur sang ibu, Jamik.

Baca Juga:Kebakaran Hanguskan Rumah di Belakang Pasar Dlanggu, Akses Sulit Hambat Pemadaman

Tak kunjung pulang, Jamik meminta bantuan menantu dan kakak MA untuk mencarinya. Namun hasilnya nihil, hingga ia mendapat informasi bahwa putranya terakhir terlihat bersama siswa berinisial SM dijemput oleh seseorang yang mengaku sebagai paman dari RF, teman satu sekolah mereka.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, MA dan SM sempat berada di rumah RF di Desa Kedungmungal, Kecamatan Pungging. Keesokan harinya, Minggu (4/5/2025), keluarga mendatangi kediaman RF untuk mencari keberadaan MA.

Orang tua RF mengaku bahwa tas dan sepatu milik MA ditemukan di pinggir Sungai Brantas, dan telah diamankan di rumah mereka.

“Sejak saat itu mendapatkan kabar (penemuan tas dan sepatu) perasaan saya sudah tidak enak,” tegas Jamik.

Jamik pun mendatangi sekolah MA keesokan harinya tepatnya pada Senin (5/5) dan berbicara dengan guru. Dari pihak sekolah, ia mendapat kabar bahwa benar putranya terakhir terlihat bersama SM.

“Saya disuruh pulang karena memang anak saya tidak ada. Saya masih menunggu jawaban dan kejelasan kemana sebenarnya anak saya pergi,” ungkapnya.

Sore harinya, kabar duka datang. MA ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jamik menegaskan, ia tidak percaya anaknya meninggal karena tenggelam.

“Anakkku kalau misalnya jatuh ke sungai bisa berenang atau masih bisa minta pertolongan warga. Tapi kalau jatuhnya karena dimassa (dianiaya) ya tidak bisa,” katanya yakin.

Merasa ada yang janggal, pihak keluarga melapor ke Polres Mojokerto dan meminta penyelidikan atas dugaan tindak kekerasan.

“Saya berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas dan pihak yang bertanggung jawab dapat diberikan hukuman yang setimpal. Saya tidak terima anak saya berangkat sekolah sehat wal afiat, tapi pulang jadi mayat. Saya berharap negara dapat memberikan keadilan bagi anak saya,” kata Jamik.

Kecurigaan serupa juga disampaikan Diki Sukono, kakak kandung korban. Ia melihat luka lebam di tubuh MA saat jenazah diperiksa.

“Ada luka lebam merah-merah di dada. Mungkin ada pengeroyokan. Rambut sudah agak pendek. Padahal belum potong dia,” kata Diki.

Ia juga membantah dugaan bahwa MA tenggelam akibat terpeleset. Menurutnya, adiknya biasa berenang dan cukup sering ke kolam.

“Kata polisi bisa saja karena terpeleset dan tidak bisa berenang. Saya bilang tidak mungkin, karena dia sering ke kolam renang,” ucap Diki.

Informasi yang diterima keluarga menyebutkan, sebelum dinyatakan hilang, MA sempat dijemput oleh dua orang yang merupakan kerabat teman sekolahnya, setelah terlibat masalah yang belum diketahui pasti.

Sementara itu, pihak kepolisian melalui Kasi Humas Polres Mojokerto Iptu Suyanto membenarkan bahwa telah ada laporan dari keluarga korban. Namun, berdasarkan hasil autopsi, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jenazah.

“Memang benar ada laporan (dari keluarga MA) setelah ada dugaan, namun dari hasil autopsi tidak ada tanda tanda kekerasan,” ujar Suyanto.

Ia menambahkan, pihaknya masih mendalami laporan tersebut. “Nanti perkembangan lebih lanjut saya konfirmasi lagi,” tukas Suryanto.

Kontributor : Zen Arivin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini