Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 29 Juni 2019 | 21:27 WIB
Fenomena Frost yang disebut Embun Salju Gunung Bromo terjadi sejak awal Juni hingga September 2019. [Berita Jatim/Istimewa]

SuaraJatim.id - Musim kemarau yang telah terjadi di beberapa wilayah mulai dirasakan di penghujung Juni 2019. Salah satu daerah yang mulai terdampak berada di kawasan lereng Gunung Bromo, tepatnya di Desa Gubuk Klakah Poncokusumo Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Saat ini debit air di lereng Gunung Bromo tersebut sudah mulai menyusut, sehingga para petani di desa tersebut diminta untuk mengurangi penggunaan air untuk lahan pertanian mereka.

Kepala Desa Gubuk Klakah Ngadiono mengatakan sumber air saat ini mulai mengecil, sehingga petani diimbau jangan menanam sayur terlebih dahulu. Bahkan, sementara ini warga desa Gubuk Klakah mengambil sumber air dari Coban Pelangi di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

"Air jelas tidak mencukupi untuk sayur mayur. Petani jangan tanam sayur dulu. Kita mengandalkan tiga sumber air, tapi debit salah satu sumber sudah menyusut drastis. Jadi kita sepakat untuk penghematan air," kata Ngadiono dilansir Beritajatim.com - jaringan Suara.com pada Sabtu (29/6/2019).

Baca Juga: Catat, Fenomena Embun Salju di Gunung Bromo Akan Berakhir September

Lebih lanjut, Ngadiono mengatakan sumber air yang ada digunakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum, memasak, mandi, cuci dan kakus. Sedangkan, untuk keperluan pengairan perkebunan apel dan hortikultura diambil dari sumber air di Coban Pelangi.

"Harus disepakati bersama. Karena tanaman apel milik warga sudah mulai berkembang dua bulan lagi sudah panen. Fenomena frost tidak sampai di desa jadi tidak menggangu tanaman apel. Suhu masih normal sekitar 11 sampai 20 derajat celcius," jelasnya.

Sementara itu, luas lahan pertanian di desa tersebut mencapai 384 hektare yang terdiri dari 100 hektare tanaman apel, 150 hektare tanaman sayur mayur dan sisanya ditanamai aneka jenis tanaman hortikultura.

Load More