Scroll untuk membaca artikel
Dwi Bowo Raharjo
Minggu, 08 September 2019 | 17:42 WIB
Proses Penjamasan Keris di Pujuk Agung Desa Aeng Tong-tong Kecamatan Saronggi Sumenep. (Suara.com/Moh Madani)

SuaraJatim.id - Dalam rangka melestarikan budaya leluhur, pusaka Keroton Sumenep dan pusaka leluhur Aeng Tong-tong menggelar prosesi penjamasan keris pusaka keraton. Acara tersebut berlangsung di Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Minggu (8/9/2019).

Desa Aeng Tong-tong merupakan Desa Wisata keris dan dikenal dengan Desa negerinya para empu, sebab di Desa ini memiliki banyak empu dan pengrajin keris, dan hingga sekarang masih lestari.

Acara penjamasan ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat desa Aeng Tong-tong terhadap leluhur yang telah mewariskan keahliannya dalam membuat keris.

Pantauan Suara.com, acara jamasan diawali dengan tari Gambu Pamungkas tarian warisan Keraton Sumenep yang menggambarkan suasana gladi latihan perang para prajurit yang bersenjatakan keris.

Baca Juga: Emak-emak di Sumenep Dibacok Tetangga Sendiri, Alasannya Bikin Miris

Kemudian para Empu sepuh bersama tokoh dan tamu kehormatan memasuki Puju' Agung, diiringi putra putri Desa Aeng Tong-tong. Ritual jamasan keris ini, ditandai dengan pukulan gong sebanyak 9 kali sebagai simbol banyaknya luk yang ada pada keris khas Sumenep.

Kemudian para Empu sepuh dan tamu kehormatan dikasih tanda selembar kain putih untuk bisa memasuki lokasi penjamasan.

Setelah para Empu sepuh memasuki lokasi penjamasan, kemudian Empu muda mengantarkan air tujuh sumur kepada Empu sepuh, setelah itu pusaka keraton dan pusaka leluhur diserahkan ke Empu sepuh untuk dijamas.

Pusaka yang dijamas diantaranya, pusaka keraton sebabyak dua keris, dan pusaka lelehur Desa Aeng Tong-tong diantaranya Keris se Manis, Jimat Pamengkang, Kombang, Baceng, Lendhu Sagara, dan juga keris se Kembang Sare. Selain itu, pusaka masyarakat yang merupakan warisan leluhur juga dijamas dalam acara yang bertajuk haul akbar tersebut.

Setelah keris dijamas kemudian dilanjutkan dengan doa dan tahlil bersama. Jamasan keris ini dianggap selesai dan sah ditandai dengan Topa’ Lobar oleh Empu sepuh dan Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi.

Baca Juga: Menilik Proses Sebelum Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep

Sementara Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, dalam sambutannya mengungkapkan kalau budaya Jamasan keris adalah tradisi turun temurun yang dilaksanakan setiap tahun, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kecintaan generasi penerus terhadap warisan para leluhur.

"Sumenep satu-satunya di Jawa Timur yang memiliki Keraton dan sampai saat ini masih utuh dan terjaga, oleh karena itu warisan leluhur, seperti keris ini perlu terus dilesetarakan agar tidak punah," ujarnya.

Apalagi kata Fauzi, Sumenep sejak 2014 sudah ditetapkan sebagai Kota Keris, dan Desa Aeng Tong-tong dinobatkan sebagai desa keris sejak Maret tahun 2018 lalu.

"Ini komitmen Pemerintah Daerah dalam pelestarian pusaka keris, dan perlu dijaga eksistensinya secara bersama sama," kata dia.

Kontributor : Muhammad Madani

Load More