SuaraJatim.id - Pelajar kelas VII SMPN 16 Kota Malang, berinisial MS (13), diduga mengalami perundungan alias bullying oleh tujuh temannya sekolahnya. Akibatnya, jari tengah tangan kanan MS memar dan kini tengah di rawat di rumah sakit.
Kepala SMPN 16 Kota Malang Syamsul Arifin, membenarkan adanya dugaan perundungan yang dialami siswanya. Pihaknya berdalih masih melakukan pendalaman atas kasus tersebut.
"Secara kronologis, patut diduga ada kekerasan di SMPN 16. Tetapi, kami masih belum tuntas dalam menyelesaikan itu, karena masih berproses. Tetapi kekerasan itu secara pribadi kami punya keyakinan, itu bukan kesengajaan tapi bergurau seusia anak," katanya saat ditemui awak media, Jumat (31/1/2020).
Ia melanjutkan, diduga ada tujuh siswa yang melakukan perundungan terhadap korban, MS. Namun, menurut catatan sekolah, ketujuh anak tersebut tidak pernah memiliki catatan minor.
"Kebetulan yang melakukan itu anak-anak yang tidak punya record kenakalan yang sangat keras. Mereka itu anak Badan Dakwah Islam dan Pramuka. Sedangkan, anak yang jadi korban itu memang anak diam sekali, anak pinter sekali," jelasnya.
Terbongkarnya kasus perundungan tersebut bermula pada Senin (27/1/2020) lalu. Saat itu, pihak sekolah mendengar ada salah satu siswanya yang tengah dirawat di RS Lavalette. Pihak Bimbingan Konseling (BK) SMPN 16 lantas melakukan cek klarifikasi langsung ke rumah sakit.
Diketahui, MS mengalami banyak luka memar di sekujur tubuhnya. Bahkan, dokter sempat menyarankan agar jari tengah tangan kanan MS untuk diamputasi.
Mengetahui hal itu, pihak sekolah langsung mengumpulkan tujuh siswa yang diduga melakukan perundungan, Selasa (28/1/2020). Anak-anak ini dikonfirmasi terkait peristiwa perundungan yang diduga terjadi pada Jumat (24/1/2020).
"Anak-anak memang mengakui melakukan. Tapi anak-anak (bingung) dan saling melihat. Kok bisa separah itu. Bisa jadi itu sebuah pembelaan," ujarnya.
Baca Juga: Dikatai Lonte, Begini Nasib Siswi Putus Sekolah Korban Bully Guru Agama
Selanjutnya, dikumpulkan para orang tua terduga pelaku perundungan, orang tua korban, komite sekolah dan stakeholder terkait untuk mediasi.
Saat mediasi tersebut, disepakati bahwa para orang tua terduga pelaku perundungan siap bertanggungjawab. Terutama terkait biaya pengobatan.
Usai mediasi tersebut, terkumpul uang sumbangan sebesar Rp 4,2 juta, dengan rincian uang dari orang tua terduga pelaku perundungan Rp 1,4 juta, dana sosial sekolah Rp 750 ribu serta dari guru dan tenaga kependidikan Rp 2 juta.
"Uang sumbangan, hari ini jam 10.00 WIB diserahkan. Proses berita acara kasus ini akan kami sampaikan ke kepala dinas," katanya.
Kontributor : Aziz Ramadani
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Geger 7 Ekor Ular Piton Muncul di Tempat Sampah Sekolah Surabaya, Waspada Musim Hujan!
-
Kecelakaan Tragis di Tol Jombang, Pejalan Kaki Tewas Usai Tabrakkan Diri ke Truk Box!
-
Derita Warga Korban Erupsi Gunung Semeru: Rumah Tertimbun, Yang Tersisa Selimut dan Bantal!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Pelukan di Bawah Abu Gunung Semeru: Kisah Dramatis Imron Hamzah Gendong Putra Lari dari Wedus Gembel