Kohar memaparkan, untuk klaster pertama yang teridentifikasi yakni kegiatan Pelatihan Petugas Haji Indonesia di Asrama Haji Sukolilo Surabaya yang diikuti 415 peserta dari berbagai daerah di Jatim hingga Bali dan NTT.
Kemudian, klaster Kabupaten Magetan yang berkaitan dengan kasus kematian di Solo. Data terakhir, kasus positif Covid-19 di Magetan 9 orang yang salah satunya meninggal di Solo.
Klaster ketiga merupakan acara pertemuan di Bogor yang melibatkan banyak orang. Penyebaran dari pertemuan itu melebar hingga ke Magetan dan Sidoarjo.
Klaster keempat yang disebutkan Kohar juga dalam pertemuan yang statusnya skala internasional di Yogyakarta. Pasien positif corona pertama di Malang pernah ikut dalam acara ini.
Klaster kelima dari dua Pasar yang ada di Surabaya yakni Pasar Kapasan dan PGS. Klaster keenam klaster umrah. Dari keenam klaster yang disebutkan tersebut masih harus diteliti kembali untuk bisa menemukan penyebaran dengan melakukan tracing.
"Ini masih perlu kami teliti lagi dengan lebih detail untuk bisa menemukan penyebaran yang lain dengan melakukan tracing yang lebih meluas," ujarnya.
Sementara 15 klaster yang tak disebutkan oleh Kohar tersebut alasannya data masih belum lengkap. Karena, masyarakat dinilai masih belum ada keterbukaan untuk bisa memberikan informasi mengenai yang pernah kontak dengan para pasien atau orang positif Covid-19.
"Kami perlu data yang lebih komplit, lebih detail. Jadi kami mengimbau masyarakat yang memang ada kaitan dengan mereka yang sakit, hendaknya merasa punya tanggung jawab untuk mengisolasi diri," ujarnya.
Kohar sendiri mengungkapkan kendala tim tracing paling utama adalah ketidak terbukaannya masyarakat mengenai riwayat perjalanan mereka. Padahal identifikasi klaster sangat penting untuk mendeteksi sejauh mana penularan Covid-19 di Jawa Timur.
Baca Juga: Gawat! 29 RW di Jakarta Utara Zona Merah Virus Corona
"Karena memang kendala di Tim Tracing itu sebagian besar masyarakat tidak terbuka tentang riwayat perjalanan mereka. Apakah mereka pernah kontak dengan pasien positif atau tidak. Kalau terbuka kan langkah penanganan juga bisa dilakukan dengan lebih tepat," katanya.
Kontributor : Arry Saputra
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
XL Hadirkan XL Ultra 5G+ di Surabaya dengan Internet Super Cepat
-
BRI Beri Bantuan Rp50 M untuk Percepat Pemulihan Infrastruktur Pascabencana
-
Hebat, Danantara dan BRI Gerakkan Ratusan Relawan serta Salurkan Puluhan Ribu Paket
-
Polres Pasuruan Tutup 3 Perlintasan Kereta Api Jelang Nataru, Akses Mobil Dibatasi!
-
Gubernur Khofifah Resmikan OPOP Training Center ITS Surabaya, Dongkrak Produk Pesantren Jatim