Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 08 Juli 2020 | 23:50 WIB
Aparat Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kediri dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Kediri, Jawa Timur menutup akses sejumlah jalan yang menjadi pusat keramaian. (Antara)

SuaraJatim.id - Aparat Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kediri dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Kediri, Jawa Timur menutup akses sejumlah jalan yang menjadi pusat keramaian. Hal ini untuk meminimalkan kerumunan massa demi mencegah penyebaran COVID-19.

Setidaknya ada 6 jalan yang ditutup dan dialihkan.

"Kami lakukan beberapa pengalihan arus di beberapa ruas jalan di Kota Kediri. Tujuannya untuk mengurangi kerumunan massa," kata Kapolresta Kediri AKBP Miko Indrayana di Kediri, Rabu (8/7/2020) malam.

Kapolresta menambahkan kerumunan massa itu jika dibiarkan dikhawatirkan bisa memicu penyebaran COVID-19. Masyarakat juga diharapkan bisa mengerti, termasuk jaga jarak dan mengenakan masker.

Baca Juga: 13.069 Orang Jakarta Positif Corona Sampai 8 Juli, Sehari Tambah 344 Kasus

"Kami menghindari kerumunan massa, harapannya agar dapat memutus rantai penyebaran COVID-19 di Kota Kediri, karena pandemi ini belum berakhir," kata dia.

Sementara itu, sejumlah ruas jalan yang ditutup pada Rabu malam antara lain Jalan Dhoho, jalan di area Taman Sekartaji, Taman Brantas, PK Bangsa, Sudirman, dan Jalan HOS Cokro Aminoto.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Kediri dr Fauzan Adhima menilai masyarakat Kediri mulai tidak acuh dengan kondisi pandemi yang masih terjadi hingga kini.

Hal tersebut terlihat dari mulai banyaknya warga yang memadati kawasan-kawasan tertentu di Kota Kediri seperti Jalan Dhoho dan beberapa ruas jalan lain.

Pihaknya berupaya keras agar jumlah kasus di Kediri bisa dikurangi, salah satunya selalu mengajak masyarakat untuk menaati protokol kesehatan yang berlaku.

Baca Juga: Resa Tetap Enjoy Jalani TC Timnas U-16 dengan Protokol Kesehatan Ketat

"Yang kami khawatirkan terjadi gelombang kedua, karena (di Kediri) sudah landai. Saat ini masyarakat mulai abai, cuek, seolah meremehkan pandemi ini," kata Fauzan.

Gelombang kedua, kata dia, kemungkinan besar bisa terjadi jika masyarakat masih tetap seenaknya tidak menghiraukan aturan yang ada.

Fauzan juga menambahkan masyarakat harus mempunyai kesadaran penuh akan virus ini. Hingga kini, para peneliti masih berjuang mencari obat yang terbaik untuk mengatasi COVID-19.

"Sesuai dengan apa yang dikatakan Presiden Joko Widodo, masyarakat harus mempunyai perasaan yang sama bahwa pandemi ini belum berakhir dan harus saling menjaga dengan mematuhi protokol kesehatan," katanya.

Di Kota Kediri, jumlah kasus COVID-19 hingga Rabu (8/7) untuk orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 459 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) 55 orang, dan yang terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 64 orang, terdiri atas 14 orang masih dirawat, 49 orang sudah sembuh, dan satu orang meninggal dunia.

Pada Rabu, ada tiga tambahan yang terkonfirmasi positif COVID-19, yakni kasus 62, kasus 63, dan kasus 64.

Kasus 62, seorang perempuan usia 30 tahun, warga Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri. Ia tertular dari suami yang bekerja di Surabaya.

Kemudian kasus 63, seorang laki-laki usia 68 tahun, asal Kelurahan Singonegaran, Kota Kediri. Ia bekerja di Pasar Pahing Kediri, dan masuk klaster Banyakan. Yang bersangkutan dinyatakan masuk klaster Banyakan, karena setiap hari ke Banyakan, Kabupaten Kediri yang merupakan rumah orang tuanya.

Selanjutnya kasus 64, seorang laki-laki usia 49 tahun, warga Kelurahan Kaliombo, Kota Kediri.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar berharap masyarakat menaati protokol kesehatan dan selalu mengenakan masker ketika keluar rumah demi mencegah penyebaran COVID-19. (Antara)

Load More