SuaraJatim.id - Pencalonan putra sulung Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Hanindhito Himawan Pramono, di Pilkada Kabupaten Kediri 2020 berpotensi menjadi oligarki politik. Hal itu bisa terjadi bila sejumlah variabel terpenuhi.
Oligarki merupakan model pemerintahan yang dijalankan beberapa orang dari kelompok tertentu. Dalam praktiknya kelompok tersebut dengan berbagai upaya akan mencoba mempertahankan kekuasaannya.
Caranya dengan menguasai pos-pos politik yang berada di wilayah tersebut, seperti menguasai jajaran eksekutif, parlemen atau legislatif, birokrasi, dan ekonomi. Variabel ini harus terpenuhi untuk bisa disebut oligarki.
"Kalau mau disebut sebagai oligarki variabel-variabel itu terpenuhi atau tidak, dan sejauh mana kekuatan Pak Pram (Pramono) di Kediri misalnya," kata pengamat politik Universitas Brawijaya, Tri Hendra Wahyudi, Kamis (23/7/2020).
Baca Juga: PABBSI Dibubarkan, Joko Pramono: Kita Harus Ikuti Aturan Internasional
"Tapi kalau (ditanya) adakah potensi (pencalonan Hanindhito atau Dhito) menjadi oligarki politik? Secara teoritis ya ada. Cuma apakah hitung-hitungan aspek tadi itu memenuhi syarat atau tidak, sejauh ini saya belum tahu," lanjutnya.
Meski demikian Hendra menilai terlalu dini apabila masyarakat menyimpulkan pencalonan Dhito di Pilkada Kabupaten Kediri 2020 sebagai bentuk oligarki politik. Lantaran Dhito baru berstatus bakal calon bupati (Bacabup) Kediri.
"(Dhito) belum terpilih dan belum bekerja, kita belum tahu. Nanti misalkan mereka sudah terpilih, dua-tiga tahun mereka bekerja bisa kita lihat, bisa kita nilai apakah itu mengarah ke sana (oligarki) atau tidak," jelasnya.
Selain berpotensi menjadi oligarki, pencalonan Dhito juga dikhawatirkan menjadi upaya untuk melanggengkan dinasti politik yang hanya berdasarkan trah, bukan kapabilitas politik.
Sebenernya, lanjut Hendra, dinasti politik tidak menjadi masalah asal trah atau kerabat yang maju memiliki kapabilitas politik yang memadai. Adapun yang menjadi persoalan bila dinasti politik itu dibangun berdasarkan trah saja.
Baca Juga: NasDem Target 60 Persen Suara untuk Anak Pramono Anung di Pilkada Kediri
"Nah, di Indonesia celakanya dinasti politik itu biasanya tidak didukung oleh kapasitas politik yang memadai, sehingga itu menjadi citra yang buruk," jelas Ketua Pusat Kajian Pemilu dan Demokrasi Universitas Brawijaya itu.
"Dinasti politik itu bukan suatu yang harus dihindari ya, asal memang kapasitas politiknya memadai. Tapi kalau asal saja, karena anaknya, karena saudaranya, karena istrinya, nah itu menurut saya menjadi masalah," lanjutnya.
Sementara terkait fenomena banyaknya anak pejabat yang mencalonkan diri di Pilkada serentak 2020, Hendra menilai hal itu kurang bagus untuk demokrasi. Karena pada dasarnya mereka bukan siapa-siapa di kancah politik.
Seperti diketahui, selain Dhito yang dipastikan maju di Pilkada Kabupaten Kediri juga ada Gibran Rakabuming Raka sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang maju Pilkada Solo. Lalu ada Bobby Nasution menantu Jokowi di Pilkada Medan.
"Secara ekonomi mungkin mereka pengusaha, mungkin mereka pelajar yang berprestasi. Tapi mereka kan belum punya track record yang mempuni dalam bidang politik," ulas pengajar program studi politik ini.
"Bagi saya ini memang menjadi kekhawatiran kita, bahwa pencalonan tiga orang itu memang ada indikasi karena mereka punya hubungan darah dengan tokoh penting, entah bapaknya, entah mertuanya," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, pencalonan Dhito di Pilkada Kabupaten Kediri 2020 semakin mapan. Berpasangan dengan Dewi Maria Ulfa sebagai bacawabup, pasangan Dhito-Dewi telah didukung enam parpol.
Enam parpol itu menguasai 44 dari 50 kursi di DPRD Kabupaten Kediri. Rinciannya PDIP 15 kursi, PKB 9 kursi, Golkar 6 kursi, PAN 5 kursi, Gerindra 5 kursi, dan NasDem 4 kursi. Pasangan Dhito-Dewi berpotensi menjadi calon tunggal.
Kontributor : Usman Hadi
Berita Terkait
-
Publik Lebih Percaya Pemadam Kebakaran, Pramono Anung: Suami Istri Berantem? Damkar
-
Pramono Anung Tak Tahu Awalnya Dijadwalkan Gowes di JLNT Casablanca: Saya Kan Peserta
-
Dikritik Komunitas Pesepeda, Gubernur DKI Pramono Anung Batal Gowes di JLNT Casablanca
-
PSI Ungkap Masalah Baru Bank DKI: Bantuan KJP Plus Tak Bisa Dipakai Beli Keperluan Pendidikan
-
Pramono Ajak Gowes 400 Pesepeda Sabtu Pekan Ini, Tutup Jalan hingga Naik JLNT
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Berikut Ini Kisah Sukses Bening by Helena Bersama BRI
-
Gubernur Khofifah Komitmen Bangun Moderasi Beragama Diajarkan Sejak Dini, Jaga Sinergi dengan BNPT
-
Puluhan Mantan Karyawan yang Ijazahnya Ditahan Resmi Lapor Polisi
-
Layanan Wealth Management BRI Diakui Dunia, Raih Penghargaan Internasional dari Euromoney
-
Kronologi Kebakaran Rumah di Tegalsari Surabaya, 2 Orang Meninggal Dunia