Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 10 November 2020 | 11:50 WIB
K.H.R. As'ad Syamsul Arifin (Wikipedia)

Sejarah kemudian mencatat bahwa pertempuran tidak seimbang antara pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mallaby itu mengalami kekalahan, bahkan sang jenderal tewas di tangan Arek-Arek Suroboyo bersama kekuatan masyarakat lain di Jatim itu, termasuk mantan bajingan binaan Kiai As'ad.

Peristiwa itu kemudian diabadikan oleh keputusan negara sebagai Hari Pahlawan. Pemerintah juga menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada KHR As'ad Syamsul Arifin pada 9 November 2016.

Terkait pilihan Kiai As'ad untuk memberdayakan kaum bajingan itu, Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy mengatakan ada sejumlah pelajaran penting yang bisa dimaknai oleh generasi saat ini.

Menurut ulama muda kharismatik ini, upaya Kiai As'ad memberdayakan para bajingan untuk mengusir penjajah itu memberi pelajaran tentang berprasangka baik terhadap manusia dan lebih tinggi lagi kepada Allah.

Baca Juga: SM Amin Diberi Gelar Pahlawan, Begini Kata Gubri

"Prasangka baik kita ini adalah energi yang luar biasa. Kita saat ini sedang krisis energi positif. Jadi, seburuk apapun tampilan orang, kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah. Allah yang bisa membolak balikkan hati. Yang dulunya dinilai tidak bermanfaat, bisa menjadi bermanfaat, bahkan hingga akhir hayatnya," tutur cucu dari Kiai As'ad ini.

Ulama yang juga dikenal sebagai sastrawan ini menjelaskan bahwa kaum Pelopor yang dibina Kiai As'ad itu banyak memberikan manfaat dengan segala potensinya untuk membangun bangsa, kemudian di atas itu adalah agama.

"Ada banyak orang yang tidak terbaca di masyarakat, bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat, masyarakat marjinal atau pinggiran, kemudian bisa berubah menjadi kekuatan sumber daya dalam berjuang untuk bangsa dan agama," ujarnya.

Load More