Scroll untuk membaca artikel
M. Reza Sulaiman
Jum'at, 13 November 2020 | 04:05 WIB
Satgas Padat Karya Penanganan COVID-19 Kelurahan Pejaten Barat memasangkan masker kepada warga saat sosialisasi protokol kesehatan di Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (22/10/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJatim.id - Satgas Covid-19 mengatakan perubahan perilaku di masyarakat masih perlu ditingkatkan. Kenapa?

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (Satgas Covid-19), baru 32 persen masyarakat yang berkomitmen untuk patuh.

"68 Persen merespons informasi untuk patuh 3M, tapi hanya 32 persen yang bilang berkomitmen untuk melaksanakannya," tutur Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Dr. Sonny B Harmadi, dalam konferensi press di kanal Youtube BNPB, Kamis (12/11/2020).

Sonny menambahkan selain tidak patuh, masih ada pula masyarakat yang menolak diedukasi.

Baca Juga: 3M dan 3T Tetap Harus Dilakukan Meski Vaksin Covid-19 Telah Ditemukan

Jumlahnya memang tidak banyak, hanya 25.000 orang dari total 3,5 juta yang mendapat sosialisai.

Untuk menambah jumlah masyarakat yang mau melakukan perubahan perilaku dan melakukan 3M, Sonny menyebut penggunakan bahasa daerah dan kearifan lokal adalah kuncinya.

Untuk itu, pemerintah pun menunjuk Duta Perubahan Perilaku yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Jadi dalam 25 hari sudah mencapai 29.000 masyarakat yang bergabung. Mereka yang bergabung jauh lebih banyak perempuan sekitar 62 persen," katanya.

Salah satu tugas duta perilaku adalah mengampanyekan pentingnya 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.

Baca Juga: Selain 3M, Perlu 3T Untuk Putus Rantai Penularan Covid-19

"Pandemi covid-19 itu nyata bukan rekayasa, makanya kita selalu ingin memberikan edukasi. Hasil monitoring kami, sampai saat ini sudah setengah juta orang yang berhasil di edukasi selama 30 hari, ini luar biasa loh dampak keberadaan mereka," tutup Sonny.

Load More