SuaraJatim.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merenovasi salah satu bangunan Cagar Budaya. Kali ini sebuah bunker peninggalan zaman malaise Hindia-Belanda di belakang Polsek Tegalsari yang dipercantik.
Dulu bangunan ini agak kurang terurus. Sempat jadi tempat cangkrukan kedai warung kopi. Tapi kini bunker diselamatkan. Rencananya bangunan itu bakal dijadikan public space dan sentra PKL di kawasan tersebut.
Dua hari lalu SuaraJatim.id berkunjung ke bunker di Jalan Tegalsari itu. Benar saja, bangunan tersebut sudah mulai dicat ulang temboknya, pintu berbahan pelat besi tebal dipoles, kemudian belasan jendela diperbaiki pula.
Restorasi Bunker Tegalsari dikerjakan oleh Satgas dari Dinas Cipta Karya Kota Surabaya. Bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya lewat SK Wali Kota Surabaya No 188.45/230/436.1.2./2015. 'Stempel' bangunan cagar budaya ditetapkan pada 23 September 2015.
Bisa dipastikan, bunker yang dibangun pada 1900-an itu seusia dengan Polsek Tegalsari. Bangunan tersebut ditenggarai sebagai tempat perlindungan, pengintaian dan pertahanan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda.
Salah satu pencinta sejarah, Kuncarsono Prasetyo, Bunker Tegalsari itu pada eranya memang difungsikan untuk perlindungan. Pada masa itu semua bangunan diwajibkan punya bunker.
"Bangunan pada era tahun 1920-an itu, memang diwajibkan memiliki bunker untuk perlindungan. Karena memang (waktu itu diduga) ada ancaman perang dunia kedua, jadi semua bangunan yang dibangun pada tahun-tahun itu memiliki bunker," kata Kuncar.
Jika dilihat dari bentuknya, bunker tersebut bergaya sama dengan bangunan Mapolsek Tegalsari, yakni desain sama-sama berbentuk segi delapan.
Menurut Kuncarsono, sejumlah gedung lama di Surabaya memiliki bunker. Jadi bukan hanya di belakang Polsek Tegalsari saja. Misalnya di rumah dinas wali kota juga pernah ditemukan bunker. Kemudian bunker di Jalan Veteran.
Baca Juga: Ini Masjid Peneleh Surabaya, Saksi Perjalanan Bangsa, Lebih Tua dari Ampel?
"Karena semua rumah di tahun 1920-an itu, kira-kira IMB-nya diwajibkan syarat menyediakan bunker untuk perlindungan," ungkap Kuncarsono.
Sejarah Fungsi Bunker
Fungsi bunker, Kuncar melanjutkan, sebagai tempat perlindungan dari serangan udara musuh. Oleh sebab itu, setiap bangunan bunker selalu dibangun dengan kokoh.
"Fungsinya hanya itu perlindungan serangan udara. Makanya atapnya kan di-cor. Sampai fungsinya bunker berakhir perang pendudukan Jepang, fungsi bunkernya sudah enggak ada. Jadi Tahun 1946, 1947 bunkernya sudah tidak berfungsi lagi," kata Kuncar.
Lebih lanjut, dahulu, menurut Kuncar, Bunker Tegalsari sendiri selalu dicat dengan berwarna hitam. Dengan tujuan kamuflase dari serangan udara.
"Dulu warnanya hitam, biar untuk kamuflase. Termasuk gedung-gedungnya di warnai hitam. Balai Kota itu (dulu) warnanya hitam, semuanya gedung-gedung warnanya hitam dan juga bunker-bunkernya, dan juga dilengkapi sirine, seperti di balai kota juga. Kalau ada itu berbunyi semuanya lari ke dalam bunker," ungkap Kuncar.
Secara struktur bangunan Bunker Tegalsari dan bunker-bunker lain di Surabaya berbeda. Jika Bunker Tegalsari bangunan atapnya segi delapan, bunker lainnya belum tentu sama.
"Berbeda, jadi gaya arsitekturnya menyesuaikan bangunan induknya seperti di Tegalsari. Sedangkan yang lainnya tidak. Kalau di rumah di dinas wali kota itu segi empat. Kalau yang di komplek veteran di Jalan Rajawali itu malah tanpa sudut, seperti melengkung-melengkung," ujar Kuncar.
Sementara itu, Kabid Bangunan dan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) Surabaya, Iman Krestian, jika restorasi yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya sudah dilakukan sejak tahun kemarin.
"Itu bertahap sih, mulai tahun lalu. Penyelesaiannya pelan-pelan. Target selesai sih sebelum HUT Surabaya, Mei ke depan ini. Untuk biaya Tahun lalu Rp 200 juta, tahun ini sekitar Rp 400 juta," ujarnya.
Menurut Iman, ada sebanyak 2 bangunan. Menariknya lagi, satu bangunan ditengarai pernah ada lorong yang tembus dengan bangunan lainnya.
"Satu, yang bawah itu semacam kanal. semacam lorong, kabarnya begitu. Tapi enggak tahu benar tidaknya. Harus digali dulu, tapi menggalinya belum tahap ini kayaknya," katanya.
Kontributor : Dimas Angga Perkasa
Berita Terkait
-
Ini Masjid Peneleh Surabaya, Saksi Perjalanan Bangsa, Lebih Tua dari Ampel?
-
Resmi Jadi Ayah, Ini Cerita Satria Tama Dampingi Persalinan Istri
-
Asik Selingkuh di Hotel, Oknum Satpol PP Kota Surabaya Digerebek Istri
-
Jadwal Imsyakiyah Surabaya, 5 Ramadan, 17 April 2021
-
Raja Dangdut Rhoma Irama Keok, Gugatan Rp 1 Miliar Ditolak PN Surabaya
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Dugaan Bangunan Ambruk di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Fondasi Terlalu Ringkih
-
Diduga Ini Penyebab Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk Saat Ratusan Santri Shalat
-
Evakuasi Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo Terus Berlanjut Hingga Malam
-
Dua Santri Masih Hidup di Bawah Reruntuhan Pesantren Al-Khoziny: Tim SAR Berpacu dengan Waktu
-
Detik-Detik Musala Ponpes di Sidoarjo Runtuh: Kesaksian Santri Selamatkan Diri