Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 03 Mei 2021 | 14:39 WIB
Petugas saat melakukan ekplorasi bangkai kapal Van Der Wijck. (Suara.com/Amin Alamsyah)

SuaraJatim.id - Keberadaan bangkai kapal Van Der Wijck yang diduga tenggelam di Laut Desa Brondong, Kabupaten Lamongan masih menjadi teka-teki. Pasalnya dari banyak sumber masyarakat sekitar, mereka meyakini kapal legendaris itu berada di 17 mil dari daratan dan tenggelam di kedalaman sekitar 40 meter. 

Namun saat dilakukan proses pencarian dengan penyelaman, bangkai kapal itu belum ditemukan. Padahal pencarian sudah dilakukan selama 4 hari, mulai 29 April hingga 2 Mei 2021.

Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim akhirnya memperkuat pencarian dengan menggunakan alat sonar. Haslinya ditemukan semacam bangunan di dasar laut. Ukurannya menyerupai kapal besar, yakni panjang 150 meter dan lebar 20 meter.

Untuk mencapai titik lokasi yang dituju, tim ekpolorasi harus menumpangi perahu nelayan. Perjalanan dari darat kurang lebih bisa ditempuh dalam dua jam. Dengan cuaca yang kurang bersahabat, tim yang berjumlah 28 orang itu harus rela diterjang ombak.  

Baca Juga: Eksplorasi Bangkai Kapal Van Der Wijck Dihentikan Hingga Beberapa Bulan

Kenapa belum juga ditemukan?

Para penyelam mengaku kesulitan. Sebab selain arus yang kencang, penyelam dihadapkan pada kondisi bawah laut yang dipenuhi dengan lumpur. Hal ini wajar dikarenakan laut Jawa yang terhubung langsung dengan aliran sungai, sehingga bawah laut dupenuhi lumpur. 

Untuk mencapai kedalaman air, penyelam harus menggunakan scuba diving. Itu pun, masih dirasa kesulitan karena derasnya air arus bawah. Salah satu penyelam Budi Hariyono mengaku sampai harus menyelam dengan tangan yang selalu berpegangan tali. Supaya tidak tertarik arus. 

“Kami sudah mencoba di beberapa titik tapi hasilnya sama, mentok di kedalaman 35 meter, karena sekitar 15 meter ke bawah kondisi air sudah keruh tidak bisa dilihat. Saya sampai menyelam melenceng jauh dari titik yang ditentukan,” katanya, Sabtu (1/5/2021). 

Foto Dok: Kapal Van der Wijck (Soerabaijasch handelsblad, 20-10-1936)

Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, ekpolrasi hari terakhir pihaknya sudah mengupayakan mendapatkan foto dan video dokumentasi. Namun karena kondisi di bawah laut tidak terlihat apa-apa, jepretan di layar kamera itu hanya terlihat buram dan orang menyelam saja.  

Baca Juga: Menyelam 30 Meter, Bangkai Kapal Van Der Wijck Tak Ketemu, Hari Ini Lanjut

“Tahap pertama memang targetnya kita dapat foto dan video sesuai perintah dari Dirjen Kebudayaan. Setelah itu kemudian diindentifikasi,” terangnya. 

Namun karena kondisi alam, tim ini akhirnya menghentikan aktivitas sementara. Ekpolrasi bangkai kapal Van Der Wijck akan dilanjutkan saat kondisi air laut benar-benar tenang. Diperkirakan sesuai informasi nelayan setempat, air tenang pada bulan ke 9 atau 10, yakni Bulan September dan Oktober. 

“Kendalanya alam. Itu kan rata-rata laut Jawa begitu, karena lumpurnya dari arus sungai. Jadi harus bersabar menunggu cuaca bagus agar ada hasil yang maksimal,” bebernya. 

Kendati demikian, pihaknya yakin jika bangkai kapal legendaris itu ada. Apalagi dari beberapa sumber masyarakat setempat, mengaku menyaksikan peristiwa 85 tahun lalu.

Belum lagi bukti koran Belanda memang dituliskan kejadian kapal tenggelam yang namanya diambil dari Gubernur Hinda saat itu. Kedepan, jika sudah selesai penjajakan di lokasi tenggelamnya kapal, bukan tidak mungkin, bangkai kapal ini akan menjadi wahana wisata baru. 

"Masyarakat tahu peristiwa itu, karena cerita Novel Buya Hamka. Kekhawatiran saya, generasi sekarang itu mengingat kapal itu hanya sebagai fiksi saja, padahal itu fakta sejarah," pungkasnya. 

Perlu diketahui, operasi ini melibatkan 13 orang dari Tim BPCB, 6 orang nelayan setempat, 2 orang penyelam profesional, 1 orang dari HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Lamongan, dan 5 orang dari Disparbud Lamongan, serta 1 orang dari Polairud.

Kontributor : Amin Alamsyah

Load More