Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Sabtu, 15 Mei 2021 | 11:43 WIB
Ilustrasi bentrok di kompleks Masjid Al Aqsa, di Yerusalem, (7/5/2021). Ahmad GHARABLI / AFP

SuaraJatim.id - Negara zionis Israel tengah dirundung persoalan pelik. Bukan hanya terlibat perang melawan gerilyawan Hamas di Palestina dan Suriah, mereka juga landa konflik internal di negeri mereka.

Kekerasan etnis di komunitas campuran Yahudi dan Arab di Israel melanda negeri Zionis itu sejak beberapa waktu lalu. Sinagog telah diserang dan perkelahian jalanan telah pecah. Hal ini buntut dari problem politik dalam negeri.

Presiden Israel Reuven Rivlin pun didorong untuk memperingatkan perang saudara. Konflik komunitas Yahudi vs Arab--yang lebih pro terhadap Palestina di Israel membuat kondisi Israel kian tak stabil.

Di sisi lain, Israel harus menghadapi kenyataan pahit serangan dari militan Hamas dari Gaza. Selama lima hari ini militer Israel vs militan Hamas saling beralas roket di Gaza.

Baca Juga: Jet Israel Gempur Gaza, Masjid Hancur, 32 Bocah dan 21 Wanita Tewas

Perang ini telah menelan puluhan korban jiwa dan luka. Kebanyakan diantaranya warga sipil dan mayoritas adalah anak-anak serta wanita, baik warga Palestina maupun dari pihak Israel.

Sedikitnya 132 warga Palestina, termasuk 32 anak-anak dan 21 wanita telah tewas, dan 950 lainnya terluka di Gaza sejak Senin. Hal ini dilaporkan pejabat medis Palestina.

Sementara itu, delapan warga Israel tewas. Di antara delapan orang tewas itu merupakan seorang tentara yang berpatroli di perbatasan Gaza dan enam warga sipil, termasuk dua anak. Hal ini dilaporkan pihak berwenang Israel.

PBB turun tangan

Menjelang sesi rapat Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi tersebut besok, Minggu (16/05/2021), utusan pemerintahan Biden Hady Amr, Wakil Asisten Sekretaris untuk Israel dan Urusan Palestina, terbang pada Jumat (14/05/2021).

Baca Juga: Kibarkan Bendera Israel, Austria Dihujani Kecaman dari Pejabat Turki

Mesir memimpin upaya regional untuk menjamin gencatan senjata. Kairo mendorong kedua belah pihak untuk gencatan senjata mulai tengah malam pada Jumat sambil menunggu negosiasi lebih lanjut.

Dua sumber keamanan Mesir mengatakan, dengan Mesir bersandar pada Hamas dan lainnya, termasuk Amerika Serikat, berusaha mencapai kesepakatan dengan Israel.

"Para menteri luar negeri Mesir dan Yordania membahas upaya untuk mengakhiri konfrontasi Gaza dan mencegah "provokasi" di Yerusalem," kata kementerian luar negeri Mesir.

"Pembicaraan itu telah mengambil jalan yang nyata dan serius pada Jumat," kata seorang pejabat Palestina.

"Para mediator dari Mesir, Qatar dan Perserikatan Bangsa-Bangsa meningkatkan kontak mereka dengan semua pihak dalam upaya untuk memulihkan ketenangan, tetapi kesepakatan belum tercapai."

Uni Emirat Arab pada Jumat menyerukan gencatan senjata dan negosiasi sambil memberikan belasungkawa kepada semua korban pertempuran. Hal ini mengutip janji kesepakatan September yang menjadikan UAE dan Bahrain negara Arab pertama dalam seperempat abad yang membangun hubungan formal dengan Israel.

Hamas, kelompok Islam yang menguasai Gaza, melancarkan serangan roket pada Senin sebagai pembalasan atas serangan polisi Israel terhadap warga Palestina di kompleks Masjid al-Aqsa, situs tersuci ketiga Islam, di Yerusalem Timur.

Militer Israel mengatakan lebih dari 2.000 roket telah ditembakkan dari Gaza ke Israel sejak awal konflik, sekitar setengah dari mereka dicegat oleh sistem pertahanan rudal dan 350 jatuh ke Jalur Gaza.

Kerusuhan sipil antara orang Yahudi dan Arab di Israel sendiri merupakan pukulan keras dari lawan untuk menggulingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setelah serangkaian pemilihan yang tidak meyakinkan. ANTARA

Load More