Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 29 Juni 2021 | 13:02 WIB
Kesenian dongkrek dari Madiun [Foto: instagram @genpiindonesia]

Beberapa sanggar kesenian dan sekolah-sekolah di Kabupaten Madiun menduplikasi dan mengembangkan kesenian Dongkrek dengan inovasi tambahan berupa jumlah penari dan musik pengiring sebagai wujud pelestarian budaya yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Kesenian Dongkrek di sanggar dan sekolah-sekolah, hanya dipandang sebagai hiburan rakyat dalam pentas-pentas kesenian dan budaya, bukan sebuah ritual yang sakral atau arak-arakan keliling desa seperti yang dilakukan di desa asal kesenian Dongkrek.

Meski kesenian Dongkrek begitu sakral bagi masyarakat Mejayan, namun ritual ini sempat mengalami pasang surut. Pada masa penjajahan, kesenian ini pernah dilarang oleh pemerintah kolonial untuk dijadikan ritual maupun hiburan rakyat.

Begitu pun saat pasukan Jepang berkuasa hingga di masa pemberontakan PKI di Madiun, kesenian ini sempat tergeser oleh kesenian genjer-genjer yang di kembangkan oleh PKI. Kemudian pada tahun 1973, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggali dan mengembangkan kembali kesenian Dongkrek sebagai warisan kebudayaan yang dimiliki oleh Kabupaten Madiun.

Baca Juga: Tulis 'Wara-wara' di Instagram, Wali Kota Madiun dan Istrinya Positif Covid-19

Kini, kesenian Dongkrek berkembang menjadi tiga kesenian. Pertama, kesenian yang masih menjadi pakem ritual tolak bala di Desa Mejayan.

Kedua, kesenian Dongkrek yang dikembangkan di sanggar-sanggar kesenian sebagai hiburan rakyat yang dipentaskan di pagelaran budaya sebagai kekayaan warisan leluhur yang dimiliki Kabupaten Madiun, dengan penambahan alat musik dan penari latar, serta puja-puji yang digantikan gending Jawa, guna mengikuti selera masyarakat yang semakin modern.

Meskipun demikian, beberapa sanggar masih menggunakan iringan selawat. Ketiga, kesenian Dongkrek sebagai kesenian yang dipelajari di sekolah-sekolah sebagai pengenalan budaya lokal yang harus dilestarikan.

Terlepas dari efektif atau tidaknya kesenian tersebut untuk mengusir wabah pandemi, masyarakat Mejayan telah melakukan ritual ini sejak ratusan tahun lalu sebagai sebuah kepercayaan yang lahir lantaran adanya wabah penyakit.

Kontributor: Fisca Tanjung

Baca Juga: Wali Kota Madiun Positif Terpapar Covid-19: Doakan Agar Virus Segera Diangkat

Load More