Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 17 September 2021 | 16:38 WIB
Ilustrasi siswa SD (Suara.com)

SuaraJatim.id - Sebanyak 144 siswa sekolah di Kabupaten Banyuwangi putus sekolah alias dropout selama Pandemi Covid-19. Namun alasannya yang bikin mengejutkan.

Mereka putus sekolah akibat perekonomian keluarga yang kian memburuk. Hal itu menjadi salah satu faktor kunci mengapa hal itu bisa terjadi. Ini disampaikan Plt Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Banyuwangi Suratno.

Lemahnya ekonomi keluarga, kata dia, memicu hilangnya motivasi siswa untuk belajar. Faktor lain, pembelajaran yang dilakukan secara daring dan hanya dilakukan di rumah juga ikut memicunya. Sehingga anak semakin kehilangan gairah belajar.

"Kedua demotivasi atau beberapa anak karena sekolah di masa pandemi ini banyak dilakukan di rumah, mereka merasa seperti tidak sekolah dan terpaksa keluar dari sekolah," katanya, seperti dikutip dari suarajatimpost.com, jejaring media suara.com, Jumat (17/9/2021).

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Ratusan Siswa di Banyuwangi Putus Sekolah

Dari 144 siswa tersebut, mayoritas merupakan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), meskipun ada juga yang berstatus pelajar Sekolah Dasar (SD).

"Dari 144 itu siswa SD sebanyak 29 anak, dan siswa SMP sebanyak 115 anak," ujarnya menegaskan.

Menyikapi hal itu, masih Suratno, Dinas Pendidikan tidak tinggal diam. Dinas Pendidikan selalu berupaya mendorong agar anak yang berhenti bisa bersekolah lagi.

Salah satu upaya untuk menekan kecenderungan anak putus sekolah yaitu dengan program zero drop out.

"Kepala sekolah dan bapak ibu guru, kami dorong sejauh mungkin mempertahankan anak-anak yang sudah drop out kembali ke sekolah," pungkasnya.

Baca Juga: Misteri Mayat Pria Terikat Besi di Dasar Dam Banyuwangi Terungkap

Selain itu, lanjut Suratno, jika kendalanya biaya bisa dihentaskan melalui berbagai program afirmasi yang dimiliki Dinas Pendidikan. Diantaranya Siswa Asuh Siswa maupun Sekolah Asuh Sekolah (SAS), Program Indonesia Pintar (PIP), uang saku, dan program uang transport.

"Bagi yang masih sekolah tentu terus dimotivasi, kalau ada anak-anak yang rentan putus sekolah segera dilakukan penanganan. Walaupun terpaksa anak keluar dari pendidikan formal, juga tetap kita minta didampingi, minimal bisa melanjutkan ke kejar paket," katanya menandaskan. 

Load More