Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 18 November 2021 | 15:12 WIB
Surah Ali Imran ayat 159

SuaraJatim.id - Musyawarah untuk mufakat adalah salah satu ciri orang Indonesia. Cara ini digunakan untuk mencari jalan keluar atas suatu masalah, mulai dari tingkat keluarga hingga tataran pemerintahan. Musyawarah untuk mufakat dilakukan dengan cara membahas suatu masalah secara bersama sehingga mendapatkan sebuah keputusan yang bisa diterima oleh semua pihak. Semangat tersebut juga diwariskan dalam Al Quran. Salah satunya dalam Surah Ali Imran ayat 159.

Surah Ali Imran adalah surah ke 3 dalam Al Quran. Surah ini tergolong surah Madaiyyah dan terdapat 200 ayat di dalamnya. Laman wikishia.net menulis, banyak hal yang dibahas dalam surah Ali Imran, diantaranya mengenai sejarah para nabi, tauhid, sifat-sifat Allah dan pelajaran yang bisa dipetik dari Perang Badar dan Perang Uhud.

Nah, salah satu ayat yang berlatar belakang mengenai perang Uhud adalah Surah Ali Imran ayat 159. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut.

"Fabimaa rohmatim minalloohi linta lahum. Walau kunta fadhdhon gholiidhol qolbi lanfadldluu min haulik. Fa’fu ‘anhum wastaghfirlahum wasyaawirhum fil amr. Fa,idzaa azamta fatawakkal ‘alallooh. Innallooha yuhibbul mutawakkiliin"

Baca Juga: Surah Ar Rad Ayat 11: Makna Manusia Sebagai Pembuat Perubahan

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Ilustrasi berdoa (Pixabay)

Latar Belakang Turunnya Surah Ali Imran ayat 159

Laman umma.id menulis, Salah satu ulama yang menjelaskan isi kandungan ayat tersebut adalah Sayyid Qutb dalam kitab Tafsir Fi Zilalil Qur’an. Menurut Qutb, ayat tersebut berlatar belakang kejadian saat perang Uhud. Saat itu semangat kaum muslimin tengah berkobar untuk ikut berperang. Namun ketika dalam hendak berperang, di dalam kelompok pasukan terjadi perpecahan.

Sepertiga jumlah pasukan kembali pulang ke MAdinah sebelum terjun ke medan perang. Mereka yang berbalik arah dipimpin oleh Abdullah bi n Ubay bin Salul, yang merupakan seorang yang munafik.

Akibatnya kaum muslimin kalah dalam perang tersebut. Rasulullah ditinggalkan di tengah peperangan dan dikepung oleh musuh. Hanya beberapa sahabat saja yang bertahan melindungi Rasulullah, sementara yang lainnya porak poranda dihantam musuh.

Baca Juga: Makna Surah Ar Rad Ayat 11, Manusia Sebagai Pembuat Perubahan

Umat islam terpukul akan kejadian tersebut. Mereka marah dan emosi karena ditinggal oleh sepertiga pasukan, sehingga mengalami kekalahan dalam perang Uhud.

Dalam kondisi seperti itulah Allah menurunkan Surah Ali Imran ayat 159. Tujuannya untuk menenangkan dan menyenangkan hati Rasulullah dan pengikutnya. Dalam ayat ini Allah juga menunjukkan bahwa salah satu nikmat yang dimiliki umat muslim adalah akhlak mulia Rasulullah yang lembut, pemaaf dan tawakal.

Ilustrasi Berdoa Kepada Tuhan. (pixabay.com)

Isi dan kandungan Surah Ali Imran ayat 159

Laman wislah.com menulis, meski para pengikut Rasulullah ada yang melakukan kesalahan atau pelanggaran dalam Perang Uhud, Nabi Muhammad tidak marah. Sebaliknya beliau menunjukkan contoh akhlak yang mulia dan penuh kesabaran dalam menjadi seorang pemimpin. Jika tidak demikian, bisa dibayangkan, umat Islam akan tercerai berai dan menjauh dari sisi beliau, sehingga tida ada lagi kekuatan.

Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya duduk bersama dalam membahas suatu permasalahan melalui cara-cara musyawarah. Dan musyawarah tersebut dipakai untuk membicarakan hal-hal yang sifatnya diniawai, seperti urusan politik, ekonomi dan kemasyarakatan.

Beberapa makna dan pelajaran yang bisa kita petik dari Surah Ali Imran ayat 159 di antaranya:

1. SIfat lemah lembut adalah rahmat Allah

Sayyid Qutb mengatakan, manusia selalu membutuhkan sosok yang penuh kasih sayang, lembut, teduh dan penuh cinta dan kelembutan. Menurut dia, hal itu ada semua di diri Rasulullah karena rahmat Allah. Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa sifat lemah lembut harus dimiliki semua mukmin, terutaman yang menjadi seorang pemimpin.

2. Sifat kasar menjauhkan

Menurut Ibnu Katsir, kata-kata kasar dan keras hati adalah sikap yang dibenci oleh manusia dimanapun itu. Terlebih jika sikap itu ada pada diri seorang pemimpin. Menurut dia, seorang pemimpin akan dijauhi jika kerap bersikap kasar.

3. Seni memaafkan dan Demokratis

Poin ketiga dari Surah Ali Imran ayat 159 adalan perintah untuk memaafkan dan memohon ampun serta bermusyawarah. Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir FI Zilalil Qur’an, Rasulullah sendiri juga menerapkan hal tersebut. Ia mencontohkan, saat perang Badar, rasulullah bermusyawarah dan meminta pendapat para sahabat ketika akan berhadapan dengan tantara Quraisy.

4. Tawakkal dan menyikapi hasil musyawarah

Ketika menafsirkan poin ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Yakni apabila engkau bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu dan kamu telah membulatkan tekadmu, hendaklah kamu bertawakkal kepada Allah.”

Menurut dia, jika sebuah musyawarah telah menghasilkan keputusan, maka peganglah keputusan tersebut dan bertawakallah kepada Allah. Jangan menyalahkan hasil musyawarah jika ada yang tidak sesuai dengan harapan.

Demikian tadi ulasan mengenai Surah Ali Imran ayat 159. Semoga kita bisa memetik hikmah ari surah tersebut dan menjadikan kita pemimpin yang baik di kemudian hari.

Kontributor : Rio Rizalino

Load More