Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 26 November 2021 | 15:59 WIB
Herd Corporate Communication PTFI Riza Pratama saat jumpa pers di sebuah hotel di Gresik. (Amin Alamsyah)

Seperti limbah asam sulfat yang digunakan untuk bahan dasar pupuk Petrokimia. Kemudian terak tembaga untuk bahan pabrik semen. Jadi pilihan tempat di Gresik dianggap sangat tepat. Tidak ada materiil yang akan dibuang sembarangan, melainkan ada industri yang bisa menyerap limbah.

"Kenapa tidak dibangun di Papua, biayanya cukup tinggi. Karena tidak ada industri yang menyerap," bebernya.

Riza sendiri memastikan, pihak Freeport akan mengelola limbah dengan baik. Ia juga keberatan jika smelter disamakan dengan Freeport papua. Karena dari segi produksinya sangat berbeda.

"Di Papua Freeport usahanya adalah tambang, kalau di Gresik smelter adalah industri," tukasnya.

Baca Juga: Buruh Gresik Demo Minta Usulan UMK 2022 Direvisi, Bupati Yani Janji Sampaikan ke Gubernur

Diketahui, pembangunan semelter dibangun di atas lahan milik kawasan industri Jiipe Manyar Gresik. Lahan yang dipakai Frreport untuk membangun smelter seluas 100 hektar, dengan nilai investasi sebesar Rp 42 triliun.

Diperkirakan, smelter ini akan menghasilkan produksi emas rata-rata sebesar 35 ton pertahunnya. Dengan nilai transkasi yang dihasilkan mencapai Rp 30 triliun.

Load More