Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 10 Desember 2021 | 16:57 WIB
Produsen kotak penyimpanan abu jenazah Surabaya [SuaraJatim/Dimas Angga]

SuaraJatim.id - Bisnis unik yang digeluti oleh Siti Rukmani ini ternyata tak terdampak oleh Pandemi. Bahkan pada masa pagebluk tersebut, dia bahkan mampu meraup orderan dari Negara Inggris.

Perempuan yang biasa disapa Nanik Daun, kebanjiran pesanan tempat penyimpanan abu jenazah langsung dari Inggris. Dari negara di Eropa tersebut dia bisa menerima 2 kali orderan.

Meski banyak orderan dari Negeri Ratu Elizabeth, Ia berharap agar masyarakat tidak menilai negatif perihal bisnisnya tersebut.

"Selama Pandemi usaha kami tak terdampak, kita produksi kan tempat penyimpanan abu jenazah, jadi bukan saya mendoakan orang (untuk) mati ya, jadi kebetulan pada waktu Pandemi pesanan datang 2 kali, jadi pesanan banyak dan tak sampai merumahkan karyawan," ujar Nanik, saat ditemui di Ngagel Mulyo 15 Surabaya, Jumat (10/12/2021).

Baca Juga: Datangi Pengungsian Banjir Lombok, Risma Tegur Bupati Sebut Lokasi Tak Aman Dan Keliru

Dari usahanya ini, Nanik tetap membanderol barangnya dengan mata uang rupiah, meskipun para pemesannya membayar dengan uang Euro.

"Harga kirim ke luar negeri masih gunakan Rupiah, cuma mereka banyak yang tranfer Euro," kata Nanik menjelaskan.

Meski begitu, dalam perjalanan usaha yang dirintisnya, negara yang memesan kotak penyimpanan abu jenazah berkurang dalam masa Pandemi.

"Pesanan saat Pandemi cuma dari Inggris. Tapi saat sebelum Pandemi ada yang ke Amerika, Dubai dan Qatar," ujarnya.

Uniknya lagi, dalam memproduksi kotak penyimpanan abu jenazah, ia menggunakan bahan-bahan daur ulang dan bisa dipastikan ramah lingkungan, sehingga tidak mencemari tempat produksi serta tempat pembuangan sisah-sisah produksi mereka.

Baca Juga: GIIAS Surabaya Jadi Momen Kebangkitan Industri Otomotif Jatim Pasca-Pandemi Covid

"InsyaAllah semuanya (bahannya) dari daur ulang, (mulai) kotaknya, kertasnya, kita lapisi atau kita percantik dengan sampah daun yang kita olah menjadi sesuatu produk yang bernilai jual," katanya.

"Daun-daun sampah tadi kita olah, kita awetkan ternyata banyak yang merespon dipesan oleh (negara) Inggris untuk penyimpanan abu jenazah," ujarnya menambahkan.

Dalam proses produksinya, Nanik menggunakan bahan utama dari daun-daun yang sudah rontok, bahkan dari daun yang sudah membusuk.

Sebelum membentuk dan menempelkan menjadi sebuah rangka kotak, daun terlebih dulu direbus dengan asam sitrat, agar bakteri serta jamur yang ada pada daun hilang. Namun tidak terlalu lama dalam perebusan bahan tersebut.

Dengan asam sitrat pula, penampilan dari daun juga sedikit menipis sehingga warna dari daun akan berubah memiliki tekstur unik dari bahan akan lebih terlihat.

"Kalau yang warnanya sudah buram bisa berubah menjadi coklat, jadi kita rebus selama 10-30 menit, jangan terlalu lama nanti jadi sayur, terus kita diamkan dan kita dinginkan," ungkap Nanik.

Setelah dingin, gradasi warna daun akan dicari dan dipilah, mulai warna putih, belang-belang, bahkan ada yang batik serta ada yang tetap berwarna coklat

"Setelah kita proses dengan pemutih daun, kita bilas 2-3 kali agar saat disetrika tidak menempel dan ditaruh koran supaya meresap airnya baru disetrika. Jadi pengeringannya tidak melalui sinar matahari. Seperti sekarang ini musim hujan kami tetep jalan produksinya karena pengeringannya melalui setrika," ujar Nanik.

Setelah proses semua itu, daun akan ditempel ke medianya yang dikehendaki, baru finishingnya, daun yang sudah dlindungi dengan cat tidak akan berjamur, dan kutu-kutu tidak bisa menempel lagi.

Selain itu, produk Nanik ini sangat ramah lingkungan, Ia menjamin jika sisah dari proses produksi mereka, tidak mencemari lingkungan.

"InsyaAllah produk saya ramah lingkungan, mulai dari lem, sampai cap nya ramah lingkungan, karena kalau daur ulang itu ramah lingkungan, mulai dari sisah-sisah prosesnya waktu kita buang itu berdampak atau tidak ternyata tidak," ujarnya menegaskan.

Dalam perjalanan waktu, Nanik saat ini sudah mempekerjakan beberapa orang, dalam proses produksinya.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More