SuaraJatim.id - Desakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar Pengadilan Negeri (PN) Surabaya membatalkan pernikahan beda agama mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan.
Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur (Jatim) menilai, desakan itu dianggap sebagai kedangkalan MUI dalam memahami ajaran agama Islam dan Pancasila. Sebab, pernikahan beda agama tidak bertentangan dengan konstitusi dan agama.
"Terkait dengan statmen MUI yang mendorong PN Surabaya agar membatalkan, menurutku itu sah-sah saja. Meskipun itu menunjukan betapa sempitnya pemahaman MUI menyangkut dengan hukum Islam dan betapa dangkalnya pemahaman MUI terkait dengan Pancasila," kata Koordinator JIAD Jatim Aan Ansori, Rabu (22/6/2022).
Sebab, dalam syariat agama (Islam), lanjut Aan selama ini tidak ada kesepakatan di antara para ulama yang melarang perkawinan beda agama. Sejauh ini ada dua pendapat terkait pernikahan beda agama ini, dimana ada sebagian ulama ada yang memperbolehkan namun ada juga sebagian yang melarang.
Baca Juga: Museum Satwa: Koleksi Fauna Bertaraf Internasional dan Penuh Kisah
Disis lain, Aan menilai keputusan PN Surabaya yang mengabulkan permohonan pasangan suami istri BA dan EDS itu merupakan hal yang tepat. Menurutnya, jika ada pihak-pihak yang menolak hal itu, diindikasi hal itu merupakan upaya merong-rong Pancasila dan itu merupakan tindakan yang tidak sehat jika dilakukan secara terus-menerus.
"Bagi saya konstitusi dan Pancasila itu selaras dengan Alquran dan selaras dengan Islam, itu sebabnya apa yang menjadi keputusan PN Surabaya itu sudah islami," ucap Aan saat dihubungi melalui sambungan seluler.
Sebenarnya, lanjut Aan pernikahan beda agama tidak perlu mendapat persetujuan dari pengadilan. Sebab, pernikahan merupakan hak setiap warga negara, dan itu dijamin oleh konstitusi. Senyampang ada lembaga agama yang bersedia memberikan restu kepada kedua mempelai tersebut.
"Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) sebenarnya bisa langsung mencatatkan hal tersebut sepanjang ada institusi agama yang bisa memberkati atau merestui perkawinan beda agama," ungkapnya.
Terlepas dari hal itu, aktivis asal Jombang ini mengajak semua masyarakat untuk tetap menjaga keberagaman. Menurutnya, cinta itu adalah anugrah yang diberikan Allah SWT. Untuk itu, Aan pun meminta semua pihak untuk tetap saling menghormati dan menghargai hak-hak setiap warga Indonesia.
"Kalau kita meyakini jodoh seseorang atau seseorang bisa berbahagia dengan orang yang satu agama maka kita perlu mendorong, namun dengan orang yang ternyata jodohnya beda agama, maka kita perlu menghormati. Negara tidak boleh mempersulit, dan lembaga-lembaga juga tidak boleh mempersulit itu dengan mengatasnamakan agama," tukas Aan.
Sebelumnya, PN Surabaya Pengadilan Negeri (PN) Surabaya akhirnya mengabulkan permohonan pernikahan beda agama pasangan suami-istri BA dan EDS. Penetapan ini sesuai dengan surat penetapan Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby.
Namun, persetuan itu mendapat penolakan dari MUI. Sekjen MUI Amirsyah menyayangkan keputusan tersebut dengan pertimbangan logika hukum yang ditafsirkan oleh MUI.
"Kedua pasangan berbeda agama dan berbeda keyakinan bertentangan dengan UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal Pasal 2 ayat 1, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu," ujar Amirsyah, Rabu (22/06/2022).
Amirsyah mengatakan pernikahan beda agama di negara Indonesia bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 29 tentang kebebasan dan kemerdekaan memeluk keyakinan terhadap Tuhan YME.
Dalam pasal tersebut, kata dia, dijelaskan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Selain itu, pernikahan beda agama juga melawan konstitusi yang telah dijelaskan pada UUD 1945 Pasal 28 B. Dalam pasal 28 B (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
"Dengan perkawinan beda agama maka terjadi pertentangan logika hukum, karena selain beda agama juga berbeda kepercayaan yang dianut oleh calon pasangan suami istri yang dalam kasus ini harus ditolak atau dibatalkan," kata Amirsyah.
Berita Terkait
-
Meski Akui Kualitas Persija, Paul Munster Tak Beri Motivasi untuk Persebaya
-
Anak Ivan Sugianto Kini Berurai Air Mata, Reaksinya Saat Sang Ayah Bertindak Arogan Diungkit Netizen
-
Selamat! Ivan Sugianto Akhirnya Go International, Presiden Harus Menanggung Malu?
-
Dua Istri Hakim PN Surabaya Diperiksa Terkait Perkara Ronald Tannur
-
Skandal Suap Vonis Bebas Ronald Tannur, Kejagung Periksa Istri Hakim PN Surabaya Dalami Peran Ibu Terdakwa
Tag
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
KPR BRI Property Expo 2024 Goes To Ciputra Surabaya: Nikmati Punya Rumah Harga Seru Bertabur Bonus!
-
Bertemu Ratusan Milenial, Emil Dardak Beri Pesan Penting: TPS Masih Buka
-
Aneh Tapi Nyata! Warga Sumenep Niat Bikin Sumur yang Keluar Malah Api
-
Terungkap Penyebab Kebakaran di UIN SATU Tulungagung
-
Kampung Narkoba di Surabaya Digerebek, 25 Orang Diciduk