Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Sabtu, 09 Juli 2022 | 13:45 WIB
Polisi memblokade akses masuk ke Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, Kamis (7/7/2022). [SuaraJatim/Zen Arivin]

SuaraJatim.id - Slamet Erda (63) adalah satu dari 323 orang yang diamankan dari Pondok Pesantren Majma'al Bahrain atau Ponpes Shiddiqiyyah, Desa Losari, Kecamatan Ploso, Jombang, Jawa Timur, Kamis (7/7/2022).

Warga asal Desa Sukodono, Kabupaten Jepara itu menuturkan, berada di Ponpes pimpinan Kiai Muhammad Mukhtar Mu'thi untuk mengikuti doa bersama.

Namun, dia dikagetkan kedatangan ratusan personel kepolisian yang langsung mengamankannya untuk dibawa ke Mapolres Jombang. Padahal, Slamet tak melakukan pengadangan atau melawan petugas.

Ia datang menghadiri undangan pelantikan Dewan Pimpinan Pusat Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (DPP PCTAI). Organisasi ini bentukan Ponpes Shiddiqiyyah.

Baca Juga: Kemenag Bekukan Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Usai Mas Bechi Ditangkap karena Kasus Pencabulan Santri

Slamet berkisah, dirinya berangkat dari rumahnya di Desa Sukodono Jepara seorang diri naik bus umum. Bapak tiga anak ini tiba di pesantren Shiddiqiyyah pada Rabu (6/7/2022) malam, dan menginap di pesantren tersebut.

“Rombongan yang lain sudah berangkat duluan. Saya berangkat sendiri naik bus,” kata Slamet  mengutip dari Beritajatim.com jejaring Suara.com.

Belum sampai ikut bergabung dengan jemaah lain untuk doa bersama, dia sudah diangkut oleh polisi. Slamet mengatakan dirinya tidak tahu secara detail mengapa polisi mengepung ponpes.

Ia juga tak tahu menahu jika ada penjemputan Moch Subchi Azal Tsani (MSAT).

“Tidak tahu kalau ada penjemputan paksa terhadap Mas Bechi atau MSAT. Karena saya ke Jombang untuk menghadiri undangan pelantikan DPP PCTAI,” katanya.

Baca Juga: Daftar 5 Tersangka Kasus Menghalangi Penangkapan Moch Subchi Al Tsani, Lengkap Perannya Masing-masing

Namun demikian, Slamet tidak menampik bahwa dirinya adalah pengikut Tarekat Shiddiqiyyah yang berpusat di Ploso Jombang dengan Mursyid Kiai Muchtar Mukti.

Bahkan Slamet sudah bergabung dengan aliran tersebut sejak 1979. Saat itu anggota Shiddiqiyyah di Jepara bisa dihitung dengan jari. Seiring laju waktu, anggota terus bertambah, hingga saat ini mencapai 500 orang lebih.

Oleh sebab itu, Kabupaten Jepara membentuk Cabang Orshid (Organisasi Shiddiqiyyah). Slamet yang merupakan anggota senior menjabat ketua di bidang hubungan antar organisasi.

“Pusatnya di Ploso Jombang, Saya aktif di Orshid Cabang Jepara,” ungkap Slamet.

Tidak ada yang aneh dengan ajaran di Shiddiqiyyah. Bahkan tarekat ini sangat mengedepankan rasa cinta terhadap tanah air. Oleh karenanya pondok Ploso juga disebut Majmal Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman.

“Justru ajaran di Shiddiqiyyah semakin mendekatkan saya dengan Allah SWT. Penjelasan masalah keruhanian lebih mendalam, disamping diajarkan untuk lebih cinta tanah air,” ungkap Slamet.

Slamet mengungkapkan, jemaah Shiddiqiyyah asal Jepara rutin ke Ploso untuk mengikuti pengajian sebulan sekali. Pengajian rutin itu disebut dengan kausaran. Kiai Mochtar Mukti menyampaikan petuahnya dalam forum tersebut. Namun semenjak pandemi, pengajian itu sempat terhenti. Selain itu, di Jepara, Slamet juga mengadakan pengajian rutin dengan jemaah Shiddiqiyyah lainnya.

“Ajaran di Shiddiqiyyah tidak ada yang bertentangan. Karena di sini juga diajarkan cinta tanah air. Ada lembaga pendidikan mulai dasar hingga tingkat menengah atas. Makanya saya keberatan ketika Kemenag mencabut izin pesantren Shiddiqiyyah,” kata Slamet.

Pada Jumat sore, Slamet dipulangkan dari Polres Jombang bersama ratusan jemaah lainnya. Dia tidak terbukti melakukan penghadangan terhadap anggota polisi yang melakukan jemput paksa terhadap MSAT. Sebelum meninggalkan kantor polisi, ratusan orang ini melakukan salat asar secara berjamaah. Mereka kompak mengenakan peci warna putih.

Load More