SuaraJatim.id - Di bulan-bulan ini suhu udara di Gunung Semeru benar-benar mendekati titik beku 0 derajat celcius. Suhunya cukup membuat butiran embun membeku di permukaan tanah.
Orang-orang menyebutnya embun salju, embun es, atau embun upas. Fenomena ini bisa dibilang jarang terjadi. Dan andai ada biasanya di bulan-bulan Juli sampai Agustus, di awal-awal musim kemarau.
Wisatawan biasanya akan banyak berdatangan ke kaki semeru, ke Desa Ranupani Kabupaten Lumajang Jawa Timur ( Jatim ). Semeru dengan ketinggian 3.676 mdpl memang memungkinkan terjadinya fenomena ini.
Bukan hanya di kaki Semeru. Di kaldera Bromo saja, yang ketinggiannya 2000 mdpl juga muncul embun es atau embun salju ini. Biasnya, embun ini muncul pagi hari, sampai matahari terbit.
Baca Juga: Suhu Nyaris Nol Derajat di Kaki Gunung Semeru, Fenomena Embun Upas Jadi Daya Tarik Wisatawan
"Fenomena langka itu telah mencuri perhatian sejumlah wisatawan dan mereka sengaja menunggu fenomena tersebut terjadi dan mengabadikannya melalui foto atau video," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang Yuli Harismawati di kabupaten setempat, Rabu (27/07/2022).
Suhu udara dingin yang mendekati 0 derajat Celcius yang terjadi di kawasan Desa Ranupani menyebabkan terjadinya fenomena frozen yang juga disebut embun upas.
"Fenomena tersebut terjadi hampir di setiap bulan Juli sampai September karena pada bulan tersebut suhu di kawasan Ranupani mendekati 0 derajat Celcius," katanya.
Menurutnya letak Ranupani yang berada di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut itu juga mempengaruhi fenomena alam tersebut, sehingga fenomena embun salju dapat dilihat di tanah datar, di sekitar Danau Ranupani maupun Ranu Regulo.
"Bahkan embun salju juga menutupi tanaman di sekitar, sehingga nampak seperti salju yang sedang menyelimuti pinggiran di Desa Ranupani yang berada di kaki Gunung Semeru," ujarnya.
Baca Juga: Wisatawan Ke Bromo Lebih Pilih Sun Rise Daripada Lihat Keunikan Fenomena Embun Es
Ia menjelaskan masyarakat yang akan melihat atau menikmati keindahan fenomena embun salju di Desa Ranupani dan sekitarnya bisa datang sebelum matahari terbit tepatnya pukul 05.00 WIB.
"Kalau ingin melihat tanaman tertutup embun salju tidak perlu jauh jauh ke New Zealand, wisatawan bisa datang ke Desa Ranupani di Kabupaten Lumajang," ujarnya.
Jalur pendakian ke Gunung Semeru masih ditutup karena gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl tersebut statusnya masih siaga atau level III sesuai dengan rekomendasi PVMBG.
Berita Terkait
-
Suhu Nyaris Nol Derajat di Kaki Gunung Semeru, Fenomena Embun Upas Jadi Daya Tarik Wisatawan
-
Wisatawan Ke Bromo Lebih Pilih Sun Rise Daripada Lihat Keunikan Fenomena Embun Es
-
Kemarin Ramai Berita Fenomena Embun Es di Bromo-Semeru sampai Obat Kedaluwarsa Dinkes Jember Senilai Rp 7 Miliar
-
Fenomena Langka Embus Es di Bromo Tengger Semeru, Suhu Bisa Capai 2-6 Derajat
-
Baznas Bangun 340 Hunian Sementara untuk Penyintas Erupsi Gunung Semeru
Terpopuler
- 1 Detik Jay Idzes Gabung Sassuolo Langsung Bikin Rekor Gila!
- Selamat Tinggal, Kabar Tak Sedap dari Elkan Baggott
- 12 Kode Redeem FF Hari Ini 6 Juli 2025, Emote dan Skin Senjata Spesial Event Faded Wheel
- Siapa Finn Dicke? Gelandang Keturunan Indonesia Incaran PSSI Latihan Bersama Rafael Struick
- Update Harga Honda Vario Juli 2025, Mending Beli Baru atau Motor Bekas?
Pilihan
-
Siapa Liam Oetoehganal? Calon Penerus Thom Haye Berstatus Juara Liga Belgia
-
Heboh Nasi Kotak Piala Presiden 2025, Netizen Bandingkan Isi Menu MBG ke Jurnalis Inggris
-
Siap-siap! Hari Ini Dua Emiten COIN dan CDIA dengan Minat Investor Tinggi Lakukan IPO
-
Daftar Harga Tiket Konser My Chemical Romance Jakarta, Presale Mulai 9 Juli
-
5 Rekomendasi HP NFC Murah Terbaru Juli 2025: Dompet Aman, Transaksi Lancar!
Terkini
-
Iqbal Sandira: Setiap Gamer Bebas Pilih Gaya Bermain Perspektif Zeusx Marketplace
-
Tak Pernah Terima Surat, Kuasa Hukum Heran Dahlan Iskan Jadi Tersangka
-
Pembiayaan ESG BBRI Tembus Rp796 Triliun per Triwulan I 2025
-
Polda Jatim Tetapkan Dahlan Iskan Tersangka, Dugaan Kasus Penggelapan?
-
5 Benda Penangkal dan Penghancur Santet Paling Ampuh, Mitos atau Fakta?