Berbicara pada konferensi pers reguler, juru bicara Zaw Min Tun menampik langkah ASEAN itu. "Jika kursi yang mewakili suatu negara kosong, maka itu tidak boleh dicap sebagai KTT ASEAN," kata Zaw Min Tun.
"Apa yang mereka inginkan adalah agar kita bertemu dan berbicara dengan para teroris," katanya, menggunakan label para jenderal untuk gerakan pro-demokrasi yang telah mengangkat senjata melawan militer.
Dalam pertemuan dengan Heyzer, menteri luar negeri yang ditunjuk militer meminta badan dunia untuk secara konstruktif dan pragmatis meninjau pendekatannya dalam kerjasama dengan Myanmar.
Sosiolog Singapura Heyzer ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tahun lalu, menggantikan diplomat Swiss Christine Schraner Burgener yang dilarang mengunjungi Myanmar.
Schraner Burgener telah menyerukan PBB untuk mengambil "langkah-langkah yang sangat kuat" terhadap militer dan menjadi sasaran serangan reguler di media yang didukung pemerintah Myanmar.
Televisi MRTV yang dikelola pemerintah melaporkan kunjungan Heyzer, menyebutkan utusan itu dan Min Aung Hlaing bertukar pandangan tentang mempromosikan kepercayaan dan kerja sama antara Myanmar dan PBB. Itu tidak memberikan rincian tentang pembicaraan, yang berlangsung di ibu kota Myanmar, Naypyidaw.
Heyzer menekankan dalam pernyataannya saat dia meninggalkan Myanmar bahwa “keterlibatan PBB sama sekali tidak memberikan legitimasi” pada administrasi militer.
"Rakyat Myanmar memiliki hak atas demokrasi dan penentuan nasib sendiri yang bebas dari ketakutan dan keinginan, yang hanya akan mungkin terjadi dengan niat baik dan upaya semua pemangku kepentingan dalam proses yang inklusif," tegas utusan PBB, Noeleen Heyzer.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Pindahkan Aung San Suu Kyi ke Penjara
Berita Terkait
-
Komisi PBB Tinjau Kondisi HAM Dan Pengungsi Rohingya Di Bangladesh, Apa Hasilnya?
-
PBB Desak Kegiatan Militer di PLTN Ukraina Dihentikan, Minta Pasukan Ditarik Mundur
-
Di Bawah Perjanjian PBB, Ukraina Ekspor 370 Ribu Ton Biji-bijian
-
Delegasi PBB Tiba Di Gaza Tak Lama Usai Gencatan Senjata
-
Kutuk Serangan Udara Israel ke Palestina, MER-C Indonesia Minta Dewan Keamanan PBB Gelar Sidang
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Banyak Pengajuan Unit Usaha KDKMP Ditolak di Jatim, Ternyata Ini Penyebabnya
-
Kenapa Suporter Arema Malang Dilarang Nonton di Stadion GKR Lawan Malut United? Ini Alasannya
-
Kronologi Pembunuhan Sadis Istri dan Anak Polisi di Nganjuk, Kamar Kos Dibakar hingga Minta Tolong!
-
Siapa Pelaku Pembunuhan Sadis Istri dan Anak Polisi di Nganjuk? Motifnya Diduga Sakit Hati
-
BRI Diganjar Penghargaan IMIPAS Berkat Inovasi Digital dan Dukungan Layanan Keimigrasian