Scroll untuk membaca artikel
Siswanto
Kamis, 08 September 2022 | 11:27 WIB
Anggota Wartawan Usia Emas [Beritajatim]

SuaraJatim.id - Sekelompok jurnalis yang sudah berusia lebih dari 50 tahun membuktikan diri tetap produktif.

Para jurnalis yang menamakan diri Wartawan Usia Emas itu akan menerbitkan buku antologi puisi bertajuk “Kucinta Negeri Kutulis Puisi.”

Peluncuran buku antologi puisi akan berlangsung Minggu, 11 September 2022, pukul 14.00 WIB, di Surabaya Suite Hotel, Plaza Boulevard dan Selasa, 20 September 2022, pukul 09.00 WIB, di Gedung Perpustakaan Jawa Timur, Jalan Menur.

Ketua Koordinator Warumas Kris Maryono menjelaskan  buku antologi puisi itu merupakan buku kedua, buku pertama bertajuk “Kutulis Puisi Ini” diluncurkan di Universitas 17 Agustus Surabaya bulan Mei lalu.

Baca Juga: Ulasan Buku Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang, Bukan Puisi Maki-makian

Buku kedua yang akan diluncurkan bertema cinta Tanah Air untuk memperingati HUT ke 77 RI .

“Insya Allah setelah buku kedua ini, kami akan menerbitkan kumpulan cerpen dan puisi karya anggota Warumas,” kata mantan wartawan RRI dalam laporan Beritajatim.

Toto Sonata (70) dalam kata pengantar buku mengatakan pada hakekatnya seorang jurnalis tak mengenal kata pensiun.

Jurnalis seorang pribadi yang tak bisa diam. Bahkan, sepenuh daya kreativitasnya tetap untuk menulis. Dengan puisi mereka merefleksikan situasi yang terjadi, kata mantan redaktur harian Suara Indonesia dan juga dikenal sebagai penyair.

Buku antologi puisi setebal 172 halaman ditulis oleh 12 jurnalis. Berikut biodata singkat mereka:

Baca Juga: 5 Langkah Sederhana Membuat Buku Antologi Puisi

Amang Mawardi

Memulai karir sebagai koresponden Harian Pos Kota di Surabaya saat masih kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (kini Stikosa AWS). Kemudian Redaktur Pelaksana Mingguan Surya, GM Tabloid Jawa Anyar, Wapemred Tabloid Darussalam dan terakhir sebagai Redpel Majalah in house Bank Jatim. Kini pria kelahiran Surabaya tahun 1953 itu aktif sebagai penulis buku, penyelenggara pameran lukisan dan Youtuber.

Aming Aminoedhin

Alumnus Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret ini dijuluki “Presiden Penyair Jawa Timur.” Penyair ini sangat konsisten dalam berkarya. Karya puisinya, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa (geguritan) tersebar di berbagai media. Pria kelahiran Ngawi tahun 1957 ini pensiunan pegawai Balai Bahasa Jawa Timur dan sempat menjadi staf humas Depdikbud Jatim.

Arieyoko

Eks Ketua PWI Karesidenan Bojonegoro, Tuban, Lamongan ini memulai karir jurnalistik di Harian Suara Merdeka Semarang, dan terakhir di Harian Republika Jakarta. Setelah pensiun kembali ke kota kelahirannya di Bojonegoro dan aktif menggerakkan kegiatan sastra budaya di Bojonegoro. Karya puisinya tersebar di berbagai media.

Achmad Pramudito

Akrab dipanggil Pram. Pria kelahiran Surabaya tahun 1963 ini mengawali karir di harian Memorandum dan terakhir di Harian Surya. Setelah pensiun, ia mengelola media online iniSurabaya.com. Ayah dua anak ini sedang bersiap untuk menerbitkan buku sendiri.

Nur Khasanah Yulistiani

Juga dikenal dengan nama Yulie Iksanti. Satu-satunya wanita dalam buku antologi ini. Wanita kelahiran 1963 itu kini masih aktif sebagai wartawati di salah satu media online di Surabaya.

Imung Mulyanto

Mantan Redaktur Seni Budaya Harian Surabaya Post dan Pimpinan Redaksi Arek TV Surabaya. Pria kelahiran Banjarnegara tahun 1958 ini punya segudang pengalaman bidang media. Pernah bekerja di Balai Produksi Media Televisi (BPM TV) Depdikbud, dan sempat menjadi Staf Khusus Diskominfo Jatim dan ikut merintis pembentukan Jatim Newsroom serta Newsroom BIP Jakarta.

H. Karyanto

Karir jurnalistiknya dimulai sebagai koresponden Harian Pos Kota di Surabaya saat masih kuliah di Akademi Wartawan Surabaya. Kemudian berlanjut ke Harian Surya, redaktur majalah in house Bank Jatim, majalah Warta BUMD Pemprov Jatim, dan kini mengelola media online arekmemo.com. Beberapa karya sastranya terbit di harian Surabaya Post dan Harian Terbit.

Kris Maryono

Pria kelahiran Malang tahun 1959 ini pensiunan Reporter RRI Surabaya, dan sangat aktif dalam kegiatan seni budaya. Pernah menjadi pengurus Dewan Kesenian Sidoarjo periode 2011-2016, pembina grup lawak Galajapo, pembina Komunitas Perupa Delta dan Komunitas Wanita Pelukis Sidoarjo. Kris adalah penggagas utama buku antologi puisi ini dan ketua koordinator Warumas.

Rokim Dakas

Rekam jejaknya di dunia jurnalistik tercatat pernah bekerja di berbagai media. Mulai dari harian Radar Kota, Surabaya Post, Majalah Liberty, tabloid Nyata, harian Bhirawa, tabloid Cempaka, majalah Kirana, dsb. Selain profesi jurnalis, pria kelahiran 1953 ini juga dikenal sebagai sutradara dan aktor teater Bengkel Muda Surabaya.

Sasetya Wilutama

Alumni Akademi Wartawan Surabaya (kini Stikosa AWS) ini memulai karir sebagai wartawan di majalah berbahasa jawa Penyebar Semangat di Surabaya selama 10 tahun. Kemudian bergabung di SCTV Jakarta selama 19 tahun, berlanjut ke beberapa TV lokal di Surabaya, Bojonegoro dan Jakarta. Karya cerpen dan skenario sinetronnya tersebar di berbagai media, antara lain : Kompas, Jawa Pos, Surabaya Post, Horison, Gadis, Kartini, SCTV, TVRI, Indosiar dsb. Kini pria kelahiran Surabaya tahun 1963 itu pulang kampung dan bekerja di almamaternya sebagai tim Humas sambil terus menekuni hobby lamanya : menulis, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa.

Toto Sonata

Anggota tertua kelompok Warumas ini juga dikenal sebagai penyair dan karya puisinya tersebar di berbagai media. Sempat menjadi Redpel Mingguan Mahasiswa (cikal bakal harian Memorandum), Redaktur Harian Suara Indonesia, Redaktur Tabloid Nyata, Pimred Majalah Kebudayaan Alur dan Penasehat Dewan Redaksi portal berita lensaindonesia.com

Widodo Basuki

Pria kelahiran Trenggalek tahun 1967 ini juga dikenal sebagai pelukis dan sering menggelar pameran tunggal. Alumni Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta jurusan seni rupa dan Universitas Adhibuana ini lebih dikenal sebagai pengarang sastra jawa. Buku karya pribadinya, terbanyak kumpulan geguritan, sudah lebih dari 15 judul. Keseharian Widodo Basuki adalah Pimpinan Redaksi majalah berbahasa jawa “Jaya Baya.”

Load More