Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Selasa, 22 April 2025 | 07:34 WIB
Petani garam saat akan memanen garam di Cirebon, Jawa Barat. [ANTARA/Khaerul Izan]

SuaraJatim.id - Anggota DPRD Jatim Nurul Huda angkat bicara mengenai rencana pemerintah yang akan menghapus kouta impor.

Dia khawatir kebijakan tersebut jika benar diterapkan bisa berdampak pada para petani garam.

Selama ini, stok garam petani cukup melimpah, namun serapannya ke pabrik mulai dibatasi. "Serapan garam oleh pabrikan pengolah garam (procesor) mulai dibatasi karena gudang stok penuh,” ucapnya.

Sementara itu, harga jual garam rakyat pada musim produksi tahun ini terbilang cukup rendah, yakni Rp 800 per kilogram. Angka itu di bawah dari biaya pokok produksi yang mencapai Rp 830 per kilogram.

Baca Juga: Harga Gabah Kering Jatuh, DPRD Jatim: Panen Raya Terancam Tak Dinikmati Petani

Dia khawatir wacana penghapusan kouta impor akan semakin merugikan petani garam.

Politikus PPP itu tidak ingin gagasan penghapusan tersebut akan dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengimpor barang - barang, termasuk garam. Sehingga dapat merusak pasar lokal dan daya saing produk dalam negeri.

“Ini yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah untuk mengatasi persoalan garam petani tersebut dengan mencari solusi yang tepat agar hasil produksi garam rakyat tahun ini yang melimpah tidak sampai menumpuk tidak terserap pasar,” katanya.

Ra Huda berharap pemerintah memperhatikan nasib para petani garam. Bagaimanapun sektor ini juga menyangkut hajat hidup orang banyak. “Kalau dihapus tentunya petani garam di Madura butuh perhatian khusus dari pemerintah,” ungkapnya.

Pihaknya meminta ada imbal balik dari kebijakan penghapusan kuota impor terhadap kesejahteraan para petani, termasuk di garam.

Baca Juga: DPRD Jatim Bongkar Rahasia Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan jajaran untuk menghapus kuota impor. Terutama impor barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Load More