Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Kamis, 15 Mei 2025 | 05:40 WIB
Polrestabes Surabaya. (Suara.com/Arry)

"Tiba - tiba meledak. Telinga saya berdenging, otomatis saya memejamkan mata," jelas Ardi.

Dia sekeluarga masih tersadar saat kejadian tersebut. Namun saat ia melihat adiknya, yang saat itu duduk di baris kedua sebelah kiri mobilnya, tampak merintih kesakitan, karena ada plat besi sepanjang 7 Centimeter menembus paha kakinya.

Bapak, ibu, dan adik perempuannya yang pada saat itu harus segera di rawat. Adik perempuannya harus segera dioperasi karena ada plat besi yang menembus kakinya, ayah dan ibunya harus dirawat karena mengalami shock, sehingga kondisi tubuhnya drop.

"Jadi bapak, ibu, dan adik dirawat di RS Bhayangkara, karena tiba-tiba bapak-ibu mengalami syok dan menyebabkan tekanan darah sangat tinggi," cerita Ardi.

Baca Juga: Gudang di Surabaya Simpan Ribuan Drum Sianida, Diduga Dijual Bebas ke Penambang Ilegal

Akibat kejadian tersebut, tiga keluarga dari Ardi pada waktu itu sangat takut untuk meninggalkan rumah. Bahkan satu keluarga Ardi saat itu juga mengikuti terapi.

Usai terjadinya tragedi bom Mapolrestabes Surabaya, Ardi saat itu dicari oleh tim dari Wali Kota Surabaya, yang saat itu masih diduduki oleh Tri Rismaharini.

Ia diberikan terapi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, agar bisa mulai melupakan trauma atas kejadian bom bunuh diri yang dilakukan di Mapolrestabes Surabaya.

Tak hanya itu, Ardi bahkan direkrut oleh Pemkot Surabaya di bagian Humas sebagai pengambil gambar video.

Meski sudah 7 tahun berlalu, kejadian tersebut masih melekat pada benak Ardi. "Ya yang pasti tetap waspada dan berhati - hati di jalan, semoga kejadian seperti itu tak terulang lagi," doa Ardi.

Baca Juga: Ngeri! Remaja Bawa Celurit Panjang Berkeliaran di Jalanan Gresik

Bom bunuh diri di Surabaya pada 2018 menyasar tiga gereja dan Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya. Waktunya berselisih dua hari. Puluhan orang menjadi korban luka maupun meninggaldunia. 

Load More