Muhammad Yunus
Senin, 15 September 2025 | 17:04 WIB
Alat penyembuhan luka kronis diabetes karya sejumlah mahasiswa lintas program studi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) [Suara.com/ANTARA/HO-UMM]

Proses ini juga disesuaikan dengan kedalaman luka pasien yang bervariasi.

“Kami sudah membuat sistemnya semi-otomatis, jadi jika pasien tiba-tiba bergerak, alatnya akan berhenti secara mandiri untuk menjaga keamanan,” kata Fikri.

Saat ini, CryoSynctive mencapai sekitar 60 persen penyelesaian dengan fokus pada perakitan dan pemrograman.

Tim juga merencanakan tahap uji coba terbatas sebelum pengembangan menuju tahap klinis.

Harapannya, alat ini tidak hanya menjadi karya inovasi mahasiswa, tetapi juga bisa dipatenkan dan dikembangkan lebih lanjut sebagai produk medis yang dapat digunakan di rumah sakit maupun klinik.

Keunggulan utama CryoSynctive terletak pada integrasi nonthermal plasma dengan teknologi terkini.

Terapi plasma ini masih jarang digunakan di Indonesia karena sebagian besar penelitian baru sebatas laboratorium.

Dibandingkan dengan terapi vakum atau ozon yang lebih umum, CryoSynctive menghadirkan pendekatan berbeda yang lebih cepat dan akurat.

Selain itu, integrasi Edge AI dan IoT membuat alat ini lebih unggul. AI memberikan analisis luka yang presisi, sementara IoT memungkinkan data terapi tersimpan otomatis dan dikirim ke dashboard tenaga medis.

Baca Juga: Puasa Tumbuhkan Sel Saraf Baru di Otak, Ini Penjelasannya

Dengan begitu, dokter dapat memantau perkembangan pasien secara jarak jauh, melihat riwayat terapi digital, dan menerima notifikasi real-time jika terjadi anomali.

Fitur ini juga membuka peluang pengembangan telemedicine yang semakin relevan di era digital.

“Saya berharap alat ini bisa membuka peluang terapi baru yang lebih efektif dan efisien, serta membantu meringankan beban pasien maupun tenaga medis. CryoSynctive dirancang untuk mempermudah, bukan menggantikan, peran tenaga medis,” tegasnya.

Load More