- Kiai Abbas Abdul Jamil, ulama Buntet dijuluki singa Jawa Barat, memimpin Laskar Hizbullah Surabaya.
- Ia menentukan waktu perang, memimpin doa, dan diyakini menurunkan keajaiban yang mengguncang penjajah.
- Legenda Kiai Abbas menjadi simbol keberanian, spiritualitas, dan tekad rakyat mempertahankan kemerdekaan.
SuaraJatim.id - Peperangan Surabaya pada 10 November 1945 selalu dikenang sebagai dentuman keberanian yang mengguncang penjajah. Namun di antara cerita itu, ada sosok yang auranya begitu kuat, hadir sebagai gelombang doa dan keberanian.
Dialah Kiai Abbas Abdul Jamil, ulama dari Buntet Cirebon yang dijuluki sebagai singa dari Jawa Barat. Kisahnya bukan sekadar catatan sejarah, tetapi legenda yang memadukan keberanian, doa, dan kesetiaan pada negeri.
Berikut sembilan kisah menggetarkan tentang kesaktian beliau dalam pertempuran Surabaya sebagaimana dikutip dari YouTube Santri Jagad.
1. Ketika Surabaya Membara Kembali
Pasca proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Surabaya belum benar benar tenang. Bulan September, kota itu kembali bergejolak.
Pasukan Belanda datang membonceng tentara Sekutu, ingin menguasai kembali tanah air yang baru saja merdeka. Suasana memanas, perang tak bisa dibendung lagi.
Gelora rakyat memuncak, namun mereka menunggu tanda.
2. Fatwa Jihad yang Menggetarkan Tanah Jawa
Di tengah kegentingan itu, para ulama mengeluarkan fatwa jihad. Kyai Hasyim Ashari memberikan seruan agar rakyat bangkit mempertahankan kemerdekaan.
Baca Juga: 7 Fakta Penting Jenderal Mallaby dan Detik Detik yang Memicu Pertempuran 10 November
Bung Tomo pun mendatangi beliau, meminta persetujuan untuk memulai perlawanan besar. Tapi sang ulama berkata, tunggu dulu, singa dari Jawa Barat belum datang. Kalimat itu menjadi misteri sekaligus harapan, menandai datangnya tokoh yang akan mengubah jalannya perang.
3. Perjalanan Panjang dari Buntet ke Surabaya
Singa yang dimaksud adalah Kiai Abbas Abdul Jamil. Beliau berangkat dari Buntet bersama adiknya, Kiai Anas, serta para santri pilihan.
Mereka menempuh perjalanan panjang, naik kereta, turun di Dembang, lalu singgah menemui Kiai Tisi Mustafa. Perjalanan itu dilanjutkan ke Tebu Ireng Jombang sebelum akhirnya tiba di Surabaya.
Bukan perjalanan biasa, melainkan iring iringan para pejuang yang membawa doa dan tekad.
4. Pasukan Hizbullah di Bawah Komandonya
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Gubernur Jatim Larang Keras Warga Pesta Kembang Api Sambut Tahun Baru 2026, Ini Alasannya
-
Geger Penemuan Mayat Membusuk di Sungai Brantas Kediri, Diduga Hanyut Saat Memancing
-
Polres Sampang Gagalkan Jutaan Rokok Ilegal, Dalang Distribusi ke Luar Madura Masih Misterius!
-
Gunung Semeru Erupsi Lagi, Kolom Abu 900 Meter Membumbung di Puncak
-
Warga Segel Kantor Desa Kalirejo Pasuruan, Kades Diduga Tilep Dana