Riki Chandra
Kamis, 20 November 2025 | 19:27 WIB
Pengungsi Gunung Semeru saat mendapatkan layanan kesehatan. [Dok. BeritaJatim]
Baca 10 detik
  • Stok obat menipis membuat kesehatan pengungsi semakin mengkhawatirkan setiap hari.

  • Pengungsi alami gangguan pernapasan, pusing, dan trauma pascaerupsi yang berat.

  • Petugas kesehatan mendesak suplai obat tambahan segera untuk penanganan medis.

SuaraJatim.id - Situasi di pos pengungsian erupsi Gunung Semeru kembali menjadi sorotan setelah stok obat menipis. Kekinian, keluhan kesehatan para penyintas Gunung Semeru pun terus meningkat.

Para pengungsi yang sebagian besar terdampak Awan Panas Gunung Semeru, mulai merasakan dampak serius akibat keterbatasan layanan medis di lokasi penampungan.

Di hari-hari terakhir, keluhan kesehatan terdengar semakin sering, terutama dari kelompok lansia dan anak-anak. Mereka yang berada di pos pengungsian tidak hanya berjibaku dengan sesak napas dan pusing, tetapi juga trauma pascabencana yang menambah beban.

Kondisi tersebut diperparah oleh kepadatan tempat tinggal sementara yang minim fasilitas, sehingga masalah kesehatan semakin sulit dikendalikan di tengah situasi pasca-erupsi Gunung Semeru.

Bidan Desa Supiturang, Ika Yuli Suryani, mengungkapkan bahwa mayoritas pengungsi datang dengan gejala napas sesak dan nyeri otot.

Ia menegaskan bahwa para lansia dan anak-anak merupakan kelompok paling rentan di tengah kondisi lingkungan pengungsian yang serba terbatas.

“Untuk keluhan gangguan pernapasan ini kebanyakan dialami lansia dan anak-anak,” ujarnya, dikutip dari media media partner Berijatim.com, Kamis (20/11/2025).

Dalam pengamatannya, banyak penyintas juga mengalami pegal-pegal dan sakit kepala yang semakin sering muncul sejak erupsi Gunung Semeru terjadi.

Selain faktor fisik, Ika menyebut bahwa tekanan mental pascabencana turut memicu keluhan pusing dan kelelahan.

“Banyak dari mereka kehilangan harta benda, sehingga kepanikan ikut memperburuk kondisi tubuh,” jelasnya.

Trauma emosional pun menjadi tantangan tambahan yang membuat penanganan kesehatan di pengungsian tidak sederhana.

Saat ini lebih dari 100 warga terdampak erupsi menempati lokasi pengungsian, mulai dari anak-anak, remaja, lansia, hingga satu ibu hamil yang harus terus dipantau. Namun, jumlah tersebut tidak diimbangi dengan persediaan obat yang memadai.

“Stok dari puskesmas masih belum mampu memenuhi kebutuhan pengungsi,” katanya.

Kekurangan paling mendesak yakni obat sesak napas dan vitamin yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi para penyintas Gunung Semeru.

Petugas kesehatan berharap suplai obat tambahan segera tiba agar layanan medis tidak terganggu.

Load More