Suhardiman
Sabtu, 22 November 2025 | 10:55 WIB
Paimin (55) warga Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, saat ditemui di posko pengungsian erupsi Gunung Semeru di SDN Supiturang 4. [Suara.com/ Verdy]
Baca 10 detik
  • Awan panas Semeru pada Rabu 19 November 2025 menghancurkan Dusun Sumbersari, Pronojiwo, Lumajang.
  • Paimin dan puluhan warga mengungsi di SDN IV Supiturang sejak insiden tersebut, mengalami dingin pasca hujan.
  • Dampak utama meliputi kerusakan rumah, hilangnya ternak, hancurnya ladang, serta ketergantungan bantuan pemerintah.

SuaraJatim.id - Hawa dingin menyelimuti pengungsian SDN IV Supiturang usai diguyur hujan deras sepanjang Jumat sore 21 November 2025.

Di antara puluhan pengungsi di sekolah itu, Paimin (50) menyendiri duduk di bangku depan kelas.

Raut wajahnya menunjukkan tak ada harapan usai awan panas Semeru menyapu habis Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Seluruh isi dusun tersebut luluh lantak. Rumah rusak, hewan ternak mati dan ladang petani hancur. Paimin adalah petani lombok yang menggantungkan hidupnya di ladang, kini hanya bisa berpasrah.

"Habis, habis, rumahnya habis, apalagi barang," kata Paimin.

Lamunan Paimin sedikit teralihkan waktu ia mulai menceritakan detik-detik keganasan awan panas Semeru pada Rabu 19 November 2025 sore itu.

Suasana tenang pedesaan di sore hari itu mendadak berubah tegang, waktu peringatan erupsi menggema. Paimin yang sedang bersantai di depan rumah usai salat Ashar tiba-tiba melihat kepulan asap kecil yang sekejap membesar dari puncak Semeru.

"Saya sedang duduk-duduk, lepas itu ada keluaran itu gunung meletus, keluar asap. Mula-mula itu kecil, lepas itu sudah besar," ujar Paimin.

Tak lama kemudian, ratusan warga Dusun Sumbersari berhamburan keluar rumah mengikuti jalur evakuasi. Paimin bersama keluarganya bergegas menyalakan motor menuju ke pengungsian SDN IV Supiturang.

Ternyata aliran lahar terpantau mengarah ke Dusun Sumbersari dan sekitarnya. Peristiwa yang tak biasa terjadi di peristiwa erupsi sebelumnya, sebab dusun tempat tinggal Paimin bukan aliran lahar.

"Lepas itu (awan panas) mau dekat Sumbersari. itu saya lari ke sini ke ke SD Supiturang ini," ucapnya.

Aliran awan panas Semeru tak terbendung, membelah Dusun Sumbersari dan meluluhlantakkan dusun-dusun di sekitarnya. Menyisakan material pasir dan bebatuan yang menimbun rumah-rumah warga hingga hari ini.

Banyak barang-barang berharga warga yang belum sempat terselamatkan. Seperti Paimin dan keluarganya, hanya membawa setelah baju yang dipakai sejak Rabu kemarin dan satu sepeda motor.

Luncuran awan panas Semeru itu masih teringat jelas di kepala Paimin. Suhu panas dan kecepatannya menerjang dusun, membuat pria 55 tahun itu masih takut melihat kondisi rumahnya.

"Belum (melihat rumah) karena takut, kan panas itu. Belum balik (sejak Rabu), takut," ungkapnya.

Load More