SuaraJatim.id - Petani yang berada di daerah terdampak abu vulkanik Gunung Bromo terpaksa memanen lebih awal tanaman sayur di lahannya.
Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalkan kerugian akibat dampak abu vulkanik dari aktivitas Gunung Bromo dalam beberapa waktu belakangan.
Seperti yang dilakukan petani di Desa Ngadirejo Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Beberapa petani penanam seledri, menemukan butiran abu vulkanik yang jatuh dan mengendap di tanaman tersebut.
Akibatnya, tanaman seledri menjadi rusak, lantaran tertutup abu vulkanik. Warga akhirnya terpaksa memanen dan menjual tanaman sayuran dengan harga murah. Karena kualitasnya menurun, sehingga berpengaruh pada harga jual.
Baca Juga:Curi Belasan Motor, Komplotan Curanmor di Jaksel Ini Juga Positif Nyabu
Semula harga seledri dari lereng Tengger bisa laku Rp 15 ribu per ikat. Namun, karena terkena abu vulkanik, kualitasnya menurun.
"Harganya turun mas, murah. Cuma 11 ribu sekarang. Kalau tidak dicuci, bisa rusak ke sayuran, kuning," kata salah satu petani seledri, Sunarmi seperti dilansir TIMES Indonesia - jaringan Suara.com, Selasa (26/3/2019).
Keadaan endapan abu vulkanik makin parah lantaran empat hari terakhir kawasan Desa Ngadirejo tidak diguyur air hujan. Guyuran abu vulkanik tipis terus mengendap.
"Sekarang sampai ketebalan antara dua sampai tiga centimeter. Kalau tidak dibersihkan bisa ambruk atap rumah. Kalau ke tanaman lama-lama bisa mati," ujar seorang warga, Sunarmoko.
Saat ini, erupsi Gunung Bromo terpantau bertekanan lemah, sedang hingga kuat. Asap yang membumbung terpantau berwarna kelabu, coklat dan hitam dengan intensitas tipis hingga tebal.
Sedangkan, ketinggian semburan abu vulkanik Bromo berkisar antara 600 sampai 900 meter diatas puncak kawah. Gempa tremor terekam dengan amplitudo 0,5 sampai 13 milimeter, dominan tiga milimeter. Status masih waspada, jarak aman satu kilometer dari pusat kawah.
Baca Juga:Waduh, Pelat Nomor Audi Milik Hotman Paris Ini Seram Betul!