Kisah Kembar Yatim Piatu yang Lumpuh Menggantungkan Hidup Dari Nasi Aking

Mereka hanya bisa berusaha terus tertawa dan tersenyum dengan dunianya sendiri.

Chandra Iswinarno
Kamis, 11 Juli 2019 | 13:56 WIB
Kisah Kembar Yatim Piatu yang Lumpuh Menggantungkan Hidup Dari Nasi Aking
Kembar Nurlaila dan Nurlaili hanya bisa berbaring ditemani sang bibi, Sulikhah yang merawat mereka. [Suara.com/Achmad Ali]

Tak berhenti di situ, si kembar juga pernah diperiksa ke puskesmas setempat, namun tetap tidak ada hasil. Terakhir, Ibu dan Bibinya lantas membawa si kembar ke RSUD dr. Soetomo Surabaya.

"Hampir setiap hari, ini (seraya menunjuk si kembar) saya bawa kesana untuk periksa pendengaran, saya tanya ke dokter, dia punya penyakit apa ya dok?, Setelah diperiksa pendengaran ternyata normal," katanya.

Nurlaila dan Nurlaili dirawat sang bibi Sulikhah di rumah yag berada di kawasan utara Kota Surabaya. [Suara.com/Achmad Ali]
Nurlaila dan Nurlaili dirawat sang bibi Sulikhah di rumah yag berada di kawasan utara Kota Surabaya. [Suara.com/Achmad Ali]

Keesokannya, ia diminta kembali lagi ke RS untuk dilakukan rekam otak. Terhitung, ia hampir sebulan terus mendatangi RSUD untuk diperiksa.

"Setelah sebulan, ternyata urat di kakinya melengkung. Dokter minta agar dilakukan operasi kecil. Kami enggak apa-apa yang penting anak ini sembuh. Bahkan, si kembar sampai ngamar selama dua bulan di RS," jelasnya.

Baca Juga:Tingkat Kemiskinan di Yogyakarta Masih Tinggi

Pasca dua bulan, ternyata tulang yang ada di kakinya tak bisa menyatu setelah menggunakan alat bantu. Akhirnya, si kembar diminta untuk pulang dengan catatan tetap melakukan kontrol, terapi, poli gizi, tumbuh kembang hingga terapi bicara.

"Sudah empat tahun, kami bolak balik ke RS untuk memeriksakan anak ini. Tapi sampai sekarang kami belum tahu penyakitnya apa dan bagaimana cara menyembuhkannya," tambah Sulikhah.

Jual Nasi Aking untuk Menyambung Hidup

Meski merawat dua keponakannya, Sulikhah mengaku tidak tahu lagi cara untuk menyambung hidup mereka. Selama ini, Sulikhah hanya menggantungkan hidupnya dari uang penjualan nasi aking dan kerupuk.

"Saya hanya bisa mencari uang dengan menjual nasi aking dan mengirim krupuk. Itu karena keterbatasan waktu untuk merawat keponakan saya," kata Sulikhah.

Baca Juga:Harapan Akhir 'Pengembaraan' Mbah Ngatini yang Viral Terlunta di Semarang

Hasil yang tipis, ternyata tidak cukup untuk biaya hidup mereka. Sampai-sampai, Sulikhah rela menggadaikan baju layaknya untuk tambahan biaya hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini