“Sayangnya Raffles tidak menyertakan foto atau denah candi,” ujar Wicaksono, sembari menambahkan hipotesanya bahwa kompleks percandian di Kelurahan Gedog tersebut dibangun di era Kerajaan Majapahit.
Wicaksono menduga apa yang disebut sebagai Candi Gedog itu kemudian roboh dan tertimbun pasir yang berasal dari letusan dahsyat Gunung Kelud tahun 1901 dan 1915 yang dikabarkan menelan ribuan korban jiwa.
Tetapi bukan hanya letusan Gunung Kelud yang membuat keberadaan Candi Gedog yang megah itu hampir tanpa bekas. Tokoh masyarakat Gedog Edi Subagyo menambahkan, setelah peristiwa transisi kepemimpinan nasional Orde Lama ke Orde Baru, situs Joko Pangon menjadi salah satu sasaran penjarahan dan perusakan oleh sejumlah kelompok masyarakat.
“Menurut cerita almarhum bapak saya, mantan Lurah Gedog, bahkan batu bata yang berserakan di sini dulu banyak diambil untuk pembangunan Taman Makam Pahlawan di Kota Blitar. Warga banyak dikerahkan untuk mengangkutinya,” tutur Subagyo kepada Suara.com, Kamis (5/9/2019).
Baca Juga:Arkeolog: Keberadaan Situs Candi Gedog di Blitar Sudah Ditulis Raffles
Meski demikian, arkeolog Wicaksono menyatakan masih optimis temuan-temuan awal tersebut akan menjadi bahan yang cukup kuat bagi BPCB Trowulan untuk memutuskan kegiatan ekskavasi.
Dia mengatakan akan segera melakukan kajian data observasi awal untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan bagi BPCB Trowulan akan layak atau tidaknya dilakukan proses ekskavasi.
Kontributor : Agus H