Tujuh Tahun Nikah Siri, Suami Istri Tuna Grahita Ini Resmi Tercatat di KUA

Acara pernikahan yang dilakukan di Rumah Harapan Desa Karangpatihan tersebut berlangsung haru pada Senin (4/11/2019).

Chandra Iswinarno
Selasa, 05 November 2019 | 15:26 WIB
Tujuh Tahun Nikah Siri, Suami Istri Tuna Grahita Ini Resmi Tercatat di KUA
Pasangan tunagrahita, Misdi dan Boini, warga Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo mengikuti prosesi pernikahan secara resmi, Senin (4/11/2019). [Istimewa]

SuaraJatim.id - Misdi (45) dan Boini (52) akhirnya disahkan dalam perikatan pernikahan yang sah dan tercatat oleh negara. Misdi dan Boini menjadi pasangan tuna grahita kesebelas yang dinikahkan secara resmi di Kampung Tuna Grahita, yang dahulu dikenal dengan sebutan Kampung Idiot di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo.

Acara pernikahan yang dilakukan di Rumah Harapan Desa Karangpatihan tersebut berlangsung haru pada Senin (4/11/2019). Dalam acara tersebut, berbagai kudapan seadanya disajikan sebagai bentuk syukur.

Keduanya disebut sudah menjalin asmara dalam mahligai pernikahan yang dimulai sejak tujuh tahun silam dengan menikah siri. Pernikahan siri dilakukan karena sebelumnya mereka tidak memiliki identitas kependudukan.

Kepala Desa Karangpatihan Eko Mulyadi mengatakan Misdi dan Boini merupakan pasangan tunagrahita terakhir yang belum menikah secara resmi.

Baca Juga:Peringati Sumpah Pemuda, Polres Gresik Berikan SIM D Gratis untuk Siswa SLB

"Pasangan Misdi dan Boini ini dinikahkan di Rumah Harapan. Acaranya cukup mengharukan. Ada beberapa orang yang datang," kata Eko seperti diberitakan Solopos.com-jaringan Suara.com pada Selasa (5/11/2019).

Bahkan, pasangan Misdi dan Boini telah dikaruniai dua anak yang lahir normal dan satu anaknya sudah masuk di sekolah dasar.

Eko mengatakan warga tunagrahita di desa tersebut kini tinggal 98 orang, baik yang masuk dalam kategori ringan, sedang hingga berat. Angka tersebut jauh berkurang dibandingkan tahun 1980-an yang mencapai ratusan orang.

Pihak desa saat ini memfasilitasi para warga tunagrahita dengan beragam program pemberdayaan. Hal ini supaya mereka bisa memenuhi kebutuhan ekonomi secara mandiri.

"Kalau dulu mereka ini sulit untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Saat ini mereka kita berdayakan ekonominya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup," katanya.

Baca Juga:Atap SLB Bundaku di Bekasi Roboh, Siswa Terpaksa Belajar di Pos RW

Sehingga saat ini kebutuhan makan dan gizi bisa dicukupi dan angka anak tunagrahita di desa ini sudah tidak ada. Salah satunya karena kebutuhan gizi mereka telah terpenuhi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini