SuaraJatim.id - Seorang Juru parkir atau jukir melakukan pemukulan dengan menggunakan tongkat kepada seorang ibu yang membawa anak kecil di sekitar alun-alun Kota Gresik, Jawa Timur. Aksi kekerasan sempat viral setelah diunggah di media sosial pada Rabu (13/11/2019).
Tidak berselang lama, video yang viral itu mendapatkan tanggapan yang berbeda-beda dari netizen, ada yang merasa iba setelah tahu kondisi si pelaku, namun tak sedikit pula yang justru membully.
Menindaklanjuti video viral itu, pihak kepolisian dan Dishub Kota Gresik juga sudah datang ke lokasi untuk mengamankan sang juru parkir.
Setelah melakukan pencarian di sekitar alun-alun Kota Gresik, Minggu (17/11/2019), petugas akhirnya menemukan lokasi dan mengetahui siapa sosok jukir yang heboh melakukan kekerasan kepada seorang wanita bersama anaknya itu.
Baca Juga:Viral Tukang Parkir Tega Gebuk Ibu-Ibu di Gresik, Aksinya Meresahkan
Tempat parkir lokasi kejadian berada di depan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Gresik atau di sisi utara alun-alun Kota Gresik.
Belakangan diketahui, jukir tersebut bernama Muhammad Abdullah, namun biasa disapa Duwo. Laki-laki 32 tahun itu berasal dari Desa Lumpur, Kecamatan Gresik itu mengaku sudah cukup lama menjadi juru parkir, bahkan sejak usia 13 tahun.
Memulai menjadi jukir di kawasan Kartini Building, Jalan Kartini Gresik tahun 1998, setelah itu pindah ke alun-alun Gresik hingga kejadian yang viral itu.
Kepada Suara.com, dengan suara yang gagap Duwo menceritakan sejak usia belasan tahun sudah mulai bekerja menjadi jukir. Kemudian menginjak usia 15 tahun, bapak dan ibunya meninggal dunia. Kerja sebagai juru parkir menjadi tulang punggung bagi kehidupannya sehari-hari termasuk keluarganya.
"Usia 12 atau 13 sudah jaga parkir, di Kartini mungkin lima tahun jaga parkir, terus pindah ke alun-alun ini. Bapaknya meninggal saat usia 15 jadi kerja parkir untuk hidup, harus mandiri," kata Duwo.
Baca Juga:Miris, Dua Lansia Buta di Gresik Hidup di Rumah Reyot Tak Layak Huni
Menjadi juru parkir dalam sehari Duwo bisa mendapat uang sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Itupun hanya cukup untuk makan atau kebutuhan sehari-hari.
Duwo juga jarang pulang ke rumah, kesehariannya selalu di lakukan di alun-alun atau warkop. Bahkan tidur kadang di sekitar komplek makam.
"Saya jarang sekali pulang, tidur di alun-alun, warkop, kadang juga di komplek makam. Kalau hasil parkir lumayan, buat makan, jajan dan beli pakaian," ujar Duwo di alun-alun Gresik.
Dengan kondisi keterbatasan mental dan badan yang agak ringkih, Duwo merasa kadang dianggap gila. Ketika ditanya tentang hal itu, tiga bersaudara itu menyangkal jika dianggap gila.
"Saya tidak gila, saya waras mas. Bicara saya seperti ini bawaan sejak lahir, sejak kecil bicaranya gagap, jadi kadang dianggap seperti gila, tapi saya waras. Saya sejak kecil seperti ini, malah dulu tidak bisa jalan apalagi sepedaan, sekarang bisa," ungkap Duwo.
Duwo mengaku menyesal telah melakukan pemukulan kepada ibu yang membawa anaknya yang akhirnya viral itu, menurutnya saat itu jalan macet, disuruh minggir tidak mau, apalagi kondisi udara sangat panas.
"Ibu itu saya suruh minggir tapi tidak mau, jalan macet juga akhirnya saya pukul, saya menyesal kejadian itu," katanya.
Sementara Supri (37) salah satu teman seprofesi menjadi juru parkir mengatakan, jika Duwo sudah puluhan tahun menjadi tukang parkir di sekitar alun-alun, sebelum dirinya sudah ada Buwo.
"Dia sudah lama parkir di sini, puluhan tahun, gantian sift sama saya dan teman lainnya," kata Supri.
Menurut dia, setelah kejadian pemukulan viral di medsos, polisi dan petugas Dishub sempat menemui Duwo sekaligus menghukum dengan memberikan pernyataan maaf, juga menyarankan untuk memberhentikan sementara jadi jukir.
"Kejadian itu pagi agak siang, setelah viral, Buwo langsung diamankan kepolisian dan dishub Gresik di alun-alun ini. Kemudian menyarankan kepada kami untuk memberhentikan sementara tidak menjadi jukir," ungkap Supri.
Saat ditanya rumah Duwo, bapak satu anak ini mengaku tidak tahu persis rumahnya meski beberapa tahun menjadi teman. Yang ia tahu, sehari-hari jika tidur di komplek makam atau di alun-alun.
"Saya tidak tahu pasti alamat rumahnya. Soalnya kadang sehari-hari tidur di makam, kadang di warkop, kadang di alun-alun," kata dia.
Sanianto, salah satu warga sekitar alun-alun Gresik mengatakan, sikap dan tindakan Duwo memang kadang meresahkan warga. Keterbatasan mental dan fisik yang tidak normal membuatnya sering melakukan tindakan yang merugikan orang. Tapi, warga yang tahu kondisi Duwo ada juga yang tidak menghiraukan.
"Dia itu temperamental, kadang mengeluarkan kata kasar atau memukul kepada pengguna parkir. Itu tidak kali ini saja, sudah lama sikapnya seperti itu. Karena tahu kondisi mental Duwo, banyak juga warga yang maklum, ada juga yang resah, tapi kejadian ini bisa dikatakan kena batunya," kata Sanianto.
Kontributor : Tofan Kumara