“Beberapa anggota sanggar di sini ada yang tani itu para laki-laki, kalau perempuan dan yang senior yang sepuh hanya kerja sebagai seniman kalau gak pentas ya tidak ada penghasilan. Ini juga dirasakan seniman seluruh Banyuwangi."
Melihat nasib yang mulai tidak menentu, seniman yang memulai karier sebagai penari sejak tahun 1979 ini, berupaya meminta bantuan kepada Dinas Pariwisata Banyuwangi. Namun, ia sadar bantuan pemerintah tidak bisa diharapkan, jika pandemi berlangsung lebih lama. Ditambah menjelang hari raya banyak harga kebutuhan yang naik.
“Saya sama teman-teman sudah ngomong sama dinas, tentang kesulitan kami. Katanya nanti diberi sembako. Ya berdoa saja segera selesai virusnya biar bisa pentas, bisa ada penghasilan, itu harapan kami,”
Selain kebutuhan finansial yang memburuk selama pandemi, para seniman juga merasa stres karena lebih banyak berdiam diri. Supinah menceritakan suntuknya hanya berdiam di rumah, padahal biasanya ia berlatih di sanggar bersama seniman-seniman lain.
Baca Juga:Aksi Memikat Ribuan Penari Gandrung Sewu
“Latihan juga pernah ditegur gak boleh rame-rame padahal cuma berdua sama anak, Cuma mau ngilangin stres ini.”
Saat ini para seniman gandrung Banyuwangi bersolidaritas untuk saling mendukung dan tetap berkarya saat pandemi. Mereka membuat video di rumah masing-masing untuk dibagikan di sosial media.
Selain sebagai penghibur diri, video tersebut juga diharapkan dapat mengobati kerinduan warga Banyuwangi pada kesenian yang sudah membawa nama Banyuwangi sebagai Kota Gandrung.
Kontributor : Nurul Aini
Baca Juga:Penari Gandrung Menari Kolosal di Pantai Boom Banyuwangi