Peneliti Membenarkan Seseorang Dapat Terinfeksi Covid-19 Dua Kali

Konfirmasi ini diberikan setelah seorang pria di Hong Kong terbukti terinfeksi Covid-19 dua kali, yaitu di bulan Maret dan Agustus.

Vania Rossa
Kamis, 27 Agustus 2020 | 07:57 WIB
Peneliti Membenarkan Seseorang Dapat Terinfeksi Covid-19 Dua Kali
Ilustrasi terinfeksi Covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

SuaraJatim.id - Peneliti mengonfirmasi bahwa seseorang dapat terinfeksi Covid-19 dua kali setelah mendapatkan bukti dari seorang pria berusia 33 tahun di Hong Kong. Pria ini pertama kali didiagnosis positif Covid-19 pada Maret lalu, dengan gejala batuk, sakit tenggorokan, demam, dan sakit kepala selama 3 hari. Ia kemudian dinyatakan sembuh setelah hasil tes dua kali menyatakannya negatif pada pertengahan April.

Namun pada 15 Agustus, pria tersebut kembali dinyatakan positif Covid-19 lewat skrining menggunakan air liur yang dilakukan di bandara Hong Kong sekembalinya ia dari perjalanannya ke Spanyol dan Inggris. Meski begitu, pria tersebut tidak memiliki gejala sama sekali.

Pria ini pun dibawa ke rumah sakit untuk pemantauan. Viral load-nya - jumlah virus yang ada di tubuhnya - turun seiring waktu, menunjukkan bahwa sistem kekebalannya menangani infeksi ini dengan sendirinya.

Ketika dirawat di rumah sakit, dokter mengurutkan genom virus yang menginfeksinya. Dan hasilnya, sedikit berbeda dari satu infeksi ke infeksi berikutnya, menunjukkan bahwa virus telah bermutasi - atau berubah - dalam 4 bulan sejak infeksi pertamanya. Itu juga membuktikan bahwa virus corona ini mungkin saja menginfeksi orang yang sama dua kali.

Baca Juga:Alami Gejala atau Terinfeksi Covid-19, Lakukan Hal-hal Ini

Para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menanggapi kasus tersebut pada jumpa pers hari Senin (24/8/2020).

“Apa yang kami pelajari tentang Covid-19 adalah bahwa orang mengembangkan kekebalan. Yang belum sepenuhnya jelas adalah seberapa kuat respons imun itu dan berapa lama respons imun itu bertahan,” kata Maria Van Kerkhove, PhD, seorang ahli epidemiologi penyakit menular dari Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss, seperti dikutip dari WebMD.

Sebuah studi tentang kasus pria tersebut sedang disiapkan untuk diterbitkan di jurnal Clinical Infectious Diseases. Para ahli mengatakan bahwa temuan tersebut seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi memiliki implikasi penting bagi pengembangan kekebalan tubuh dan upaya untuk menghasilkan vaksin dan pengobatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini