Pada Juni 1947 kemudian Suryo diangkat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang berkedudukan di Yogyakarta. Ia bahkan sempat ditawari sebagai gubernur di wilayah Sumatera Barat.
Namun tiga tahun berselang sejak diangkat sebagai anggota DPA, pergolakan politik kian memanas, terutama saat Partai Komunis Indonesia (PKI) kian membesar.
Ceritanya, pada 10 November 194, Suryo hendak menghadiri acara 40 hari meninggalnya adik yang dibunuh oleh PKI di Madiun. Ia dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Madiun.
Di tengah jalan, tepatnya di Desa Bogo, Kabupaten Ngawi, mobilnya berpapasan dengan sekelompok orang dari PKI di bawah pimpinan Maladi Jusuf. Dari awah berlawanan datang iring-iringan mobil yang dikendarai Komisaris Besar Polisi M Duryat dan Komisaris Polisi Suroko.
Baca Juga:Surabaya Jadi Destinasi Pemasaran BMW X3 dan X4 M Competition
Mereka semua lalu dicegat oleh iring-iringan PKI, lantas dibawa ke Hutan Sonde. Di sana mereka dieksekusi dengan tragis. Empat hari kemudian jenazah Gubernur Soerjo ditemukan di Kali Kakah, Dukuh Ngandu, Ngawi, kemudian dimakamkan di Magetan.
Gubernur Soejo lahir dengan nama kecil Ario Soerjo (ejaan lama) yang kemudian dikenal sebagai Raden Mas Soerjo. Lahir pada 9 Juli 1898 di Magetan, ayahnya Raden Mas Wiryosoemarto adalah Ajun Jaksa di Magetan.
Setelah menamatkan pendidikannya di OSVIA (Sekolah pamongpraja) pada 1918 menjadi pamongpraja di Ngawi. Dua tahun kemudian, 1920 dipindah ke Madiun sebagai Mantri Veldpolitie. Dua tahun setelahnya masuk ke sekolah polisi di Sukabumi.
Ketika sekolah polisi selesai Ia menjabat sebagai asisten Wedana di sejumlah tempat. Dan karena prestasinya itu Suryo kemudian mendapat tugas belajar di Bestuur School (sekolah calon bupati di Jakarta).
Selepas pendidikan di Bestuur School lalu menjadi Wedana di beberapa tempat. Namun pada 1938 diangkat menjadi bupati di Magetan. Jabatan tersebut Ia emban sampai tentara kekaisaran Jepang (Dai Nippon) masuk dan menduduki sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca Juga:Seorang Pegawai Positif COVID-19, DPRD Kota Batu Lockdown
Waktu itu banyak jabatan bupati yang dipreteli oleh Jepang. Namun Suryo justru diangkat sebagai kepala Suchokan (residen) di Bojonegoro. Lalu pergolakan tahun 1945 terjadi, Indonesia lahir.