SuaraJatim.id - Terduga teroris yang diamankan Tim Densus 88 di Mojokerto berinisial HAB (53), warga RT 04 RW 05, Desa Pungging, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Bapak tiga anak itu ditangkap tanpa perlawanan.
Dari rumah terduga teroris, polisi menyita sejumlah senjata mulai dari busur panah, golok, parang dan pisau. Penangkapan ini dipimpin Kanit Intelijen Densus 88 Mabes Polri AKBP Faisal Syahroni.
Tim Densus 88 yang berjumlah 10 orang tersebut mendatangi rumah HAB pada Rabu (23/12/2020) sekira pukul 14.10 WIB yang membuka jasa Tour dan Travel Umroh Haji itu.
Dikutip dari beritjatim.com, media jejaring suara.com, sejumlah barang bukti yang diamankan selain senjata ada juga empat buah dosbook Handphone (HP) merk Vivo, serta Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik terduga teroris.
Baca Juga:Tim Densus 88 Tangkap Terduga Teroris 'Kearab-araban' di Mojokerto
Sebuah KTP milik istri terduga teroris, NA (56), satu buah Nomor Pegawai Wajib Pajak (NPWP) milik terduga teroris, satu buah paspor milik terduga teroris dan satu buah dompet pria warna hitam.
Ketua RT 04 RW 05, Sukeri, mengatakan jika HAB tinggal di RT 04 RW 05 setelah meninggal dengan NA (56) sekitar empat tahun lalu. Ia menikahi NA, janda empat anak.
"Itu rumah NA. HAB itu suaminya NA, Iya (pendatang) kurang lebih empat tahun. Orangnya biasa, tidak ada yang aneh," ungkapnya, Kamis (24/12/2020).
Masih kata Ketua RT, setelah menikah terduga teroris mendirikan Tour dan Travel Umroh Haji. Sehingga rumah yang ditempati bersama istri dan ketiga anak sambungnya tersebut juga menjadi kantor Tour dan Travel Umroh Haji.
"Setahu saya ya travel, masalah lain saya tidak tahu. Kurang lebih dua-tiga tahunan. Empat tahun menikah dengan NA dan dua-tiga tahunan mendirikan travel itu. Kalau saya jarang komunikasi, kalau tidak perlu karena rumahnya itu kan pinggir jalan, jauh dari tetangga," katanya.
Baca Juga:Liburan Nataru, Akses Rest Area Tol Jomo Dibatasi 50 Persen
Meski rumah terduga teroris tersebut berada di jalur provinsi yang menghubungkan Pasuruan dan Mojokerto dan jauh dari tetangga, namun lanjut Ketua RT, terduga teroris masih berkomunikasi dengan tetangga dan aktif saat ada kegiatan di lingkungannya.
"Tidak punya tetangga, jarang komunikasi tapi setahu saya tiap hari di rumah. Tiap hari ke masjid sebelah, sholat jamaah di situ. Selain kantor juga rumah. Masalah itu kurang tahu, saya jarang komunikasi (pekerjaan). Kumpulan RT ya ikut, orang e biasa saja. Tidak aneh, biasa," ujarnya
Ketua RT menambahkan, terduga teroris tersebut menikah dengan warganya belum dikaruniai keturunan. Terduga teroris merupakan suami kedua NA.
NA sendiri dikaruniai empat anak dari suami pertama yang telah meninggal, namun anak pertamanya sudah menikah dan tidak tinggal bersamanya.
"Nikah sama NA belum punya keturunan. Ini anak dari suami pertama, HAB suami kedua. Empat orang anak dari suami pertamanya, satu sudah berkeluarga tidak tinggal di sana. Suami pertamanya meninggal, saya sendiri tidak tahu ada penangkapan. Katanya ya satu orang, baru tahu saat Pak Lurah minta KK," katanya.