SuaraJatim.id - Batu megalitik di Desa Makuning Kulon, Pujer, Bondowoso, Jawa Timur diusulkan masuk ke UNESCO Global Geopark (UGG). Situs megalitik ini merupakan bagian dari 16 situs yang masuk Ijen Geopark.
Puluhan situs ini ada di satu area di Bondowoso. Megalitik Maskuning Kulon masuk dalam culture site atau situs budaya Ijen Geopark. Selama ini, situs ini menjadi salah satu jujukan wisata pendidikan.
Situs megalitik Maskuning Kulon berbentuk sebuah kompleks pemakaman, yang terbuat dari batu berukuran besar. Ada penyangga alias kaki di bawah, dengan tujuan agar jenazah zaman dulu tidak dimakan binatang buas.
Tak hanya itu, di dalam batu itu juga terdapat bekal kubur berupa perhiasan dan benda-benda bekal menuju alam nenek moyang.
Baca Juga:Banyuwangi Punya Persatuan Dukun, Bondowoso Ada Perkumpulan Pemuda Sesat
Megalit adalah batu besar, yang digunakan untuk membangun struktur atau monumen. Megalit menjadi tanda utama keberadaan tradisi megalitik, tradisi yang muncul di beberapa tempat di bumi.
Dikutip dari timesindonesia.co.id, jejaring media suara.com, batu yang digunakan dapat berupa satu batu tunggal (monolit), tumpukan batu besar maupun kecil, atau susunan batu yang diatur dalam bentuk tertentu.
Megalit sering kali dipotong atau dipahat terlebih dahulu dan dibuat terkait dengan ritual religius atau upacara-upacara tertentu, seperti kematian atau masa tanam.
Data dihimpun, ada 58 batu megalitik di desa itu. Rinciannya 57 batu Dolmen dan satu batu Dakon. Beberapa tradisi kuno masih lestari di sana. Seperti macapat, kotekan dan patrol.
Bahkan terdapat batu Dolmen terbesar se-Jawa Timur. Batu itu sudah terdaftar di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Tahun 1997 silam.
Baca Juga:Empat Tahun Terkubur, Jasad Ulama Pendiri Ponpes di Bondowoso Masih Utuh
Adapun nomor registrasi yang ditulis di batu itu yakni 29.MKK.97. Dengan penjabarannya, batu nomor ke-29 Maskuning Kulon (MKK) dan didaftarkan Tahun 1997.
- 1
- 2