Situs Batu Megalitik Bondowoso Diusulkan Masuk UNESCO Global Geopark

Batu megalitik di Desa Makuning Kulon, Pujer, Bondowoso, Jawa Timur diusulkan masuk ke UNESCO Global Geopark (UGG).

Muhammad Taufiq
Minggu, 07 Maret 2021 | 15:27 WIB
Situs Batu Megalitik Bondowoso Diusulkan Masuk UNESCO Global Geopark
Situs batu megalitik di Bondowoso Jawa Timur diusulkan masuk UGG [Foto: Timesindonesia]

SuaraJatim.id - Batu megalitik di Desa Makuning Kulon, Pujer, Bondowoso, Jawa Timur diusulkan masuk ke UNESCO Global Geopark (UGG). Situs megalitik ini merupakan bagian dari 16 situs yang masuk Ijen Geopark.

Puluhan situs ini ada di satu area di Bondowoso. Megalitik Maskuning Kulon masuk dalam culture site atau situs budaya Ijen Geopark. Selama ini, situs ini menjadi salah satu jujukan wisata pendidikan.

Situs megalitik Maskuning Kulon berbentuk sebuah kompleks pemakaman, yang terbuat dari batu berukuran besar. Ada penyangga alias kaki di bawah, dengan tujuan agar jenazah zaman dulu tidak dimakan binatang buas.

Tak hanya itu, di dalam batu itu juga terdapat bekal kubur berupa perhiasan dan benda-benda bekal menuju alam nenek moyang.

Baca Juga:Banyuwangi Punya Persatuan Dukun, Bondowoso Ada Perkumpulan Pemuda Sesat

Megalit adalah batu besar, yang digunakan untuk membangun struktur atau monumen. Megalit menjadi tanda utama keberadaan tradisi megalitik, tradisi yang muncul di beberapa tempat di bumi.

Dikutip dari timesindonesia.co.id, jejaring media suara.com, batu yang digunakan dapat berupa satu batu tunggal (monolit), tumpukan batu besar maupun kecil, atau susunan batu yang diatur dalam bentuk tertentu.

Megalit sering kali dipotong atau dipahat terlebih dahulu dan dibuat terkait dengan ritual religius atau upacara-upacara tertentu, seperti kematian atau masa tanam.

Data dihimpun, ada 58 batu megalitik di desa itu. Rinciannya 57 batu Dolmen dan satu batu Dakon. Beberapa tradisi kuno masih lestari di sana. Seperti macapat, kotekan dan patrol.

Bahkan terdapat batu Dolmen terbesar se-Jawa Timur. Batu itu sudah terdaftar di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Tahun 1997 silam.

Baca Juga:Empat Tahun Terkubur, Jasad Ulama Pendiri Ponpes di Bondowoso Masih Utuh

Adapun nomor registrasi yang ditulis di batu itu yakni 29.MKK.97. Dengan penjabarannya, batu nomor ke-29 Maskuning Kulon (MKK) dan didaftarkan Tahun 1997.

Situs megalitik berupa batu Dolmen di Desa Maskuning Kulon berada dalam satu wilayah desa. Jaraknya pun berdekatan. Apalagi, beberapa batu itu ada di tengah-tengah kebun dan persawahan warga.

Ternyata batu Dolmen dulunya juga digunakan sebagai tempat sesajen. Batu itu berada di tengah persawahan warga di Dusun Krasak.

Unang Rahardjo, kepala desa setempat, mengatakan bahwa memang di desanya tersebut sudah sejak lama ditemukan banyak batu Dolmen. "Desa Maskuning Kulon menjadi pusat megalitik dalam satu kompleks wilayah," katanya.

Salah seorang tim ahli budaya Ijen Geopark Bondowoso, Tantri Raras Ayuningtyas mengatakan, rute untuk pengunjung ke Dolmen itu disurvei ulang. "Sehingga kami membagi beberapa rute dan disesuaikan dengan pengunjung," imbuhnya.

Menurutnya, rute yang ada di Desa Maskuning Kulon sudah dipetakan. Dibagi menjadi beberapa rute dan menyesuaikan dengan pengunjungnya.

"Beberapa hari lalu, rute untuk mencapai sejumlah batu Dolmen sudah didatangi pendidik di sekolah. Beberapa waktu lalu sudah diujicoba dengan school to geopark," katanya.

Selain batu megalitik di Desa Maskuning Kulon, Pujer, Bondowoso. Ada beberapa situs budaya yang masuk Ijen Geopark dan diusulkan ke UNESCO Global Geopark (UGG). Diantaranya Situs Gua Butha di Cermee, Gua Butha di Sumber Canting, Singo Ulung dan Tari Petik Kopi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini