SuaraJatim.id - Lagi, Ustadz Yahya Waloni menyebut orang non Islam atau kafir masuk Islam kebanyakan dari kaum intelektual atau orang terdidik. Yahya Waloni menjelaskan mereka yang masuk Islam adalah orang pintar.
Hal itu dikatakan Yahya Waloni dalam video berjudul 'Saifudin Ibrahim Vs Ust Yahya Waloni, Muhtadin vs Murtadin'
Dalam video itu, Yahya Waloni membandingkan antara orang yang masuk Islam dan orang yang keluar Islam.
Orang yang keluar Islam atau murtad biasanya hanya karena pengaruh sembako atau sumbangan. Yahya Waloni menjabarkan denagn istilah sebungkus indomie dan seliter beras.
Baca Juga:Toleransi Tingkat Dewa! Dua Artis Kristen Ikut Puasa, Alasan Bikin Takjub
Awalnya Yahya Waloni menceritakan bahwa ia mendapat hidayah untuk masuk islam tanpa petunjuk dari orang Islam.
Setelah itu, ia tiba-tiba membandingkan orang yang masuk Islam dan yang keluar Islam.
"Orang yang murtad dari Islam itu biasanya cuma karena pengaruh indomie satu bungkus dan beras satu liter. Tapi orang yang dari kafir yang masuk Islam, kebanyakan mereka adalah kaum intelektual, kaum jenius, pemikir-pemikir ulung," katanya.
Kata Yahya Waloni, orang-orang yang masuk Islam ini menerjemahkan keilmuan dan kompetensinya ke dalam bahasa teks Al Quran.
"Dan itu yang dikatakan Allah, Laqad anzalnaa aayaatin mubai-yinaatin wallahu yahdii man yasyaa-u ila shiraathin mustaqiimin. Kata Allah, Sesungguhnya kami sudah menurunkan ayat-ayat yang memberi penjelasan dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki ke jalan yang lurus," ujarnya.
Baca Juga:Menghina Lagi, Jozeph Paul Zhang: Islam Bangsa yang Biadab
Ustadz Yahya Waloni menjelaskan jangan heran kalau ada orang masuk Islam tanpa dibujuk oleh orang Islam.
Selanjutnya, Ustadz Yahya Waloni juga tiba-tiba mengatakan bahwa ia tidak suka dipanggil mualaf.
"Di masjid-masjid, saya nggak suka dipanggil Mualaf karena mualaf di Indonesia ini kebanyakan bukan mualaf (tapi) kualat," katanya.
Hal itu ia katakan karena menurutnya banyak yang masuk Islam bukan karena mau dapat hidayah, karena ilmu, atau karena ada panggilan, namun justru karena ada tujuan lain atau sekedar ikut-ikutan.
"Masuk Islam karena mau nikah, masuk Islam karena ikut-ikutan. Tetangganya Islam, dia ikut jadi Islam. Tetangganya Kristen, dia masuk Kristen. Tetangganya Buddha, dia ikut Buddha. Tetangganya Hindu, ikut Hindu. Itu namanya Bunglon," kata Yahya Waloni.
Alasan kedua ia tidak suka dipanggil mualaf adalah karena menurutnya kata itu tidak ada dalam Alquran.
"Yang ada may yahdillahu fa huwal-muhtadi, wa may yudlil fa ula'ika humul-khasirun. Kata Allah, Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah muhtadin, orang yang mendapat petunjuk; barangsiapa yang disesatkan Allah, maka dialah orang yang sesat," kata Yahya Waloni.
"Jadi ada yang masuk Islam, dinamakan al Muhtadin, dari kafir yah masuk Islam, namanya Al Muhtadin; yang dari Islam keluar, murtad, itu namanya al Murtadin, cuma bedanya ha dan ra. Beda-beda tipis, yang masuk Islam mendapat rahmat, yang keluar Islam mendapat laknatullahi," sambungnya.